BERTUAHPOS.COM (BPC), SIAK – Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar biodiesel.
Industri Kelapa Sawit di Siak menghasilkan 315.825 ton CPO dan 60.975 ton minyak inti sawit pertahun. Berdasarkan data tahun 2000, luas areal sawit di Siak mencapai 107.420 Ha dan dalam waktu 2 tahun akan dihasilkan CPO lebih dari 500.000 ton pertahun, mengingat semakin bertambahnya areal pengembangan dan meningkatnya tanaman yang mulai menghasilkan tandan buah sawit.
Di Siak sendiri perkebunan sawit sangat mendominasi dengan jumlah 232.858,11 hektare dari data terakhir tahun 2010 dan secara signifikan terus bertambah jumlahnya.
Salah satu petani sawit bernama Legimin yang tinggal di Kampung Sialang Baru Kecamatan Lubuk Dalam, Kabupaten Siak yang sudah bertani sawit sejak tahun 1985 bersama petani lainnya.
“Awal mula kami bertani sawit di tahun 1985 banyak sekali yang kami hadapi sampai harus menanam hingga tiga kali penananaman, karena dirusak binatang liar seperti babi dan gajah,” ujarnya kepada bertuahpos.com saat didatangi di kediamannya.
Baca:Â Perkebunan Kelapa Sawit di Rohil Sangat Mendominasi
Para petani sawit di Siak merupakan masyarakat transmigrasi dari berbagai daerah pada zaman presiden Suharto.
“Awalnya banyak yang mengeluh dan merasa pesimis dengan tanaman sawit ini kemudian mereka menjualnya dan pulang kampung, sekarang mereka sangat menyesal melihat hasil sawit yang menggiurkan,” ujar Legimin
Legimin dan lainnya memulai menanam sawit pada tahun 1985 di lahan seluas 2 hektare.
“Untuk perawatan sendiri sawit dibilang sangat mudah karena hanya butuh penyiangan 3 bulan sekali dan pemupukan hanya 2 kali dengan 4 jenis pupuk yang berbeda seperti Urea, KCL, Kapur dan RP,” tambahnya.
Tanaman sawit sendiri mulai menghasilkan pada usia tanam 4 tahun, dengan hasil pemanenan 2 ton satu kali panen tergantung perawatan dan akan terus bertambah hasil dan beratnya.
Sedangkan masa produktif sawit sendri akan mencapai puncaknya pada tahun ke delapan sampai ke lima belas.
“Untuk masa produktif sawit sendiri pada umur 8 sampai 15 tahun, di tahun segitu buah sedang banyak banyaknya mencapai 6 ton ke atas sekali panen,” tambahnya.
Perawatan sawit dikatakan bagus bila dalam 1 tahun sawit dapat menghasilkan 30 ton pada lahan 1 hektare.
Saat ini Legimin menjadi petani sawit yang sukses dengan memiliki lebih dari 8 hektare sawit yang siap panen.
“Alhamdullilah saat ini untuk lahan sawit saya sudah bisa besarkan rumah, menyelesaikan kuliah 2 anak, membeli mobil dan kebutuhan rumah lah yang paling penting,” tambahnya.
Sawit merupakan sumber perekonomian yang begitu besar bagi seluruh masyarakat di Indonesia dan salah satunya Legimin yang telah membuktikannya.
Inilah salah satu alasan mengapa masyarakat di Riau tidak bisa lepas dari sawit. Sawit sudah menjadi tanaman penghidupan yang memberi peran penting terhadap perekonomian masyarakat.
Di Riau sendiri, ada banyak Legimin lain yang juga sama, menggantungkan biasa sekolah, makan istri, dan kepulan asap dapur dari berkebun sawit. Dari sekelumit cerita ini, harusnya menjadi pertimbangan pemerintah untuk terus berupaya menggempur isu Eropa.
Selain masalah lingkungan, pemerintah perlu melakukan kajian yang lebih dalam terhadap dampak sosial ekonomi kemasyarakatan. Tidak terbayangkan bagaimana jadinya, jika tanaman sawit itu malah diganti dengan kebun bunga matahari. (bpc13)