BERTUAHPOS.COM — Serangkaian kasus dugaan pembunuhan dituduhkan kepada militer Myanmar. Ini adalah dugaan kasus pembunuhan massal terhadap warga sipil, bahkan beberapa diduga ada yang disiksa sampai mati.
Menurut laporan setidaknya ada 40 warga sipil yang telah dibunuh oleh militer Myanmar pada Juli 2021, berdasarkan hasil investigasi BBC, seperti dikutip dari detikcom, Senin, 20 Desember 2021.
Berdasarkan pengakuan saksi mata dan korban selamat, para tentara—-yang masih muda—-mengumpulkan penduduk desa dan memisahkan antara laki-laki dan perempuan. Lalu para lelaki itu dibunuh.
Dalam sebuah rekaman video dan gambar dari insiden itu, terlihat bahwa sebagian besar dari merekalah yang dibunuh dilakukan penyiksaan terlebih dahulu, lalu dikubur dalam sebuah lubang yang dangkal.
Sejauh ini bahwa militer telah dihadapkan pada perlawanan yang datang dari warga sipil. Terutama sejak para militer Myanmar menguasai negara tersebut dalam sebuah kudeta yang dilakukan pada Februari 2021 lalu—-menggulingkan pemerintah yang dipilih secara demokratis yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi.
Dalam laporan investigasi tersebut BBC mewawancarai 11 saksi di daerah bernama Kani, lalu informasi yang mereka peroleh dibandingkan dengan dengan rekaman video dan foto yang dikumpulkan oleh Myanmar Witness, sebuah LSM yang berbasis di Inggris yang menyelidiki pelanggaran hak asasi manusia di negara tersebut.
Para saksi yang dilindungi identitasnya itu mengungkapkan bahwa orang-orang yang ditangkap oleh militer diikat dengan tali, dipukuli sebelum mereka dibunuh dan dikubur.
“Kami tidak sanggup melihat itu, kami menundukkan kepala, menangis,” kata seorang perempuan, yang saudara laki-lakinya, keponakannya dan saudara iparnya terbunuh.
“Kami memohon mereka untuk tidak melakukannya. Mereka tidak peduli. Mereka bertanya kepada para perempuan, ‘Apakah suami Anda termasuk di antara mereka? Jika iya, lakukan ritual terakhir Anda’.”
Seorang pria yang berhasil melarikan diri dari pembunuhan mengatakan bahwa tentara melakukan penyiksaan yang mengerikan pada laki-laki selama berjam-jam sebelum mereka meninggal. “Mereka diikat, dipukuli dengan batu dan popor senapan dan disiksa sepanjang hari,” kata korban selamat.
“Beberapa tentara tampak muda, mungkin 17 atau 18 tahun, tetapi beberapa benar-benar tua. Ada juga seorang perempuan bersama mereka.”
Di Desa Zee Bin Dwin terdekat, pada akhir Juli, 12 mayat yang dimutilasi ditemukan terkubur di kuburan massal yang dangkal, termasuk tubuh kecil, mungkin seorang anak, dan tubuh orang cacat. Beberapa dimutilasi. Jenazah seorang pria berusia sekitar enam puluhan ditemukan terikat di pohon plum di dekatnya.
Rekaman mayatnya, diteliti oleh BBC, menunjukkan tanda-tanda penyiksaan yang jelas. Keluarganya mengatakan bahwa putra dan cucunya telah melarikan diri ketika militer memasuki desa, tetapi orang tua itu memilih tetap tinggal, percaya bahwa usianya akan melindunginya dari bahaya.
Pembunuhan itu tampaknya merupakan hukuman kolektif atas serangan terhadap militer oleh kelompok-kelompok milisi sipil di daerah itu, yang menuntut agar demokrasi dipulihkan.
Pertempuran antara militer dan cabang-cabang lokal dari Pasukan Pertahanan Rakyat (People’s Defence Force) – nama kolektif untuk kelompok-kelompok milisi sipil – telah meningkat di daerah itu pada bulan-bulan sebelum pembunuhan massal, termasuk bentrokan di dekat Zee Bin Dwin. (bpc2)