BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Soal deflasi dan anjloknya harga kelapa di Kabupaten Inhil, Riau sebenarnya masalah klasik yang hingga kini belum terselesaikan.Â
Menimbang bahwa perekonomian masyarakat di Inhil 80 persen bergantung pada komoditi kelapa, maka anjloknya harga kelapa sangat berdampak terhadap daya beli masyarakat.Â
Hal ini diungkapkan oleh Ketua Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Riau, Ahmad Hijazi, Rabu, 28 November 2018 di Pekanbaru. “Kami menyadari daya beli masyarakat di Inhil akan sangat terdampak dengan anjloknya harga kelapa di sana,” katanya.
Dia menambahkan masalah anjloknya harga kelapa diakui Hijazi merupakan masalah mendasar yang dialami masyarakat Inhil dan hingga kini belum terselesaikan.Â
“Saya yakin efeknya sangat besar. Masyarakat tidak akan membangun rumah. Warga lebih menahan diri untuk berbelanja. Karena memang kelapa menjadi pondasi kuat perekonomian masyarakat di sana,” ujar Hijazi.Â
Data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau per Oktober 2018, dari 3 kota yang masuk dalam perhitungan inflasi di Provinsi Riau, 2 kota mengalami inflasi (Pekanbaru 0,46 persen, Dumai 0,40 persen). Sedangkan 1 kota (Tembilahan) mengalami deflsi 0,04 persen.Â
“Diduga, deflasi yang dialami Kota Tembilahan disebabkan daya beli masyarakat turun,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Riau, Aden Gultom, Kamis, 1 November 2018 di Pekanbaru.
Melemahnya daya beli masyarakat disebabkan harga komoditi kelapa yang terus turun ke harga terendah, bahkan menyentuh harga Rp700/butir. Sementara rentang harga tertinggi kelapa di Inhil pernah menyentuh Rp3.000/butir.
“Oleh sebeb itu diperkirakan masyarakat menahan diri dengan cara mengerem konsumsi rumah tangga. Daya beli masyarakat yang turun menyebabkan komoditi yang mempengaruhi angka inflasi tidak naik,” katanya.
Informasi yang diperoleh bertuahpos.com dari petani, turunnya harga kelapa di Kabupaten Inhil terjadi sejak menjelang masuknya bulan suci Ramadan 2018 lalu. Harga kelapa terus mengalami penurunan hingga menjelang tutup tahun 2018. (bpc3)