BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Sindikat Kartunis Riau (Sikari) sempat menyinggung soal karikatur Nabi Muhammad yang sedang duduk menangis pada sampul majalah Charle Hebdo. Mencuatnya kritikan terhadap karikatur tersebut, membuat Sikari belajar banyak tentang cara mengkritik lewat kartun.
Seorang Kartunis Riau Eka Putra, menyebutkan bahwa kartunis juga punya batasan-batasan dalam mengkritik lewat kartun. Faktanya di Indonesia sendiri kebebasan berekpresi masih saja dibatasi. Misalnya undang-undang ITE dan kepentingan media massa sebagai sarana publikasi, atau kelompok yang merasa dipojokkan dengan karya tersebut.
Dirinya mengaku bahwa mengkritik merupakan bagian dari ciri seorang kartunis. Namun, apa yang dimuas majalah Prancis itu tetap saja tidak pantas, sebab selain memancing kemaran kelompok muslim yang minoritas, kehadiran karikatur Nabi Muhammad bisa menjadi propagandan publik terhadap pesan-pesan tertentu.
“Charle Hebdo memang terlalu berani. Secara tidak langsung mereka memang sengaja membuat gejolak baru yang kontroversi, dengan mengangkat golongan atau agama tertentu,” katanya, Sabtu (24/01/2014).
Ketua Sikari Furqon RW juga mengutarakan pendapat yang sama. Dia menilai bahwa simbol-simbol agama dibawa atau diwujudkan dalam pesan-pesan lewat kartun atau karikatur tetap aja akan menuai banyak tanggapan dari berbagai kalangan. “Wajar saja menuai banyak protes dari kelompok yang merasa dipojokkan,” katanya.
Dia sepakat bahwa Carle Hebdo termasuk berani mengeluarkan gambar tersebut, dan yang seharus bertanggung jawab adalah sang redaktur media itu. Furqon sendiri sebagai kartunis juga pernah mendapat tekanan atau kritikan dari golongan tertentu saat mempublis karyanya ke media massa. (Melba)