BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU TEMPO DULU – Sekitar tahun 1980-an, kehadiran Pasar Cik Puan ibarat kembang desa yang diakui ketenarannya. “Sulit dipercaya kalau diingat-ingat sekarang,” ujar Tarmizi, salah seorang pegawai kantor Pemerintah Provinsi Riau.
Tarmizi sudah merantau dari kampungnya sejak tahun itu, dan Pasar Cik Puan sudah ada. Bahkan para turis asal negara Malaysia dan Singapura sudah kenal dengan pasar ini. Hampir setiap turis negara tetangga itu yang berkunjung ke Kota Pekanbaru, pasti menyempatkan diri ke Pasar Cik Puan.
Pasar tradisional yang terletak di Jalan Tuanku Tampusai, memanh menyimpan sejarah panjang peradaban masayarakat di Kota Pekanbaru. Pasar Cik Puan menjadi patokan utama sebagai rute jika bepergian. “Misalnya ada yang cari alamat di tengah kota, paling orang tanya, sebelah mana Pasar Cik Puan? Atau, jauh tak dari pasar Cik Puan,” tambahnya.
Kalau pedagang asal Sumbar dan Sumut jangan ditanya. Mereka termasuk bintang utama dalam transaksi yang terjadi pasar tradisional itu. Keberadaan Pasar Cik Puan yang terletak di tengah kota, membuat dianggap sebagai tempat pemberhentian trategis, bagi perantau-perantau daerah.
Dari sini, biasanya mereka mulai menapak mencari alamat rumah kerabat dan sanak famili. “Saya ingat betul, sekitar tahun 1986, dari Rohil, saya turun di Pasar itu. Kan di sana banyak oplet, dari situlah baru beranjak lagi menuju rumah saudara,” Taufik, warga Tangkerang Ujung, Pekanbaru.
Bahkan sampai hari ini, Pasar Cik Puan tempo dulu masih tergambar jelas hiruk pikuk masyarakat ketika itu oleh Ibrahim, Warga Kecamatan Gaung, Kabupaten Inhil. Kepada bertuahpos.com, dia bercerita Pasar Cik Puan seolah menjadi icon tersendiri dalam benak masyarakat, meski tidak pernah dirancang oleh pemerintah.
“Bapak pernah ke pasar itu sekitar pertengahan tahun 1990-an. Kalau tidak salah, waktu itu kami bersama rombongan pulang dari kegiatan MTQ tingkat Provinsi di Kabupaten Kampar. Pas pulangnya singgah dulu ke Pasar Cik Puan,” katanya.
Dia punya pengalaman unik ketika kali pertama berkunjung ke pasar tradisional itu. Setelah banyak berbelanja pakaian dan pernak-pernik oleh-oleh. Dia duduk disalah satu kursi kayu di depan sebuah kios. Saat membeli minuman, tampa sadar satu plastik barang belanjaan oleh-olehnya itu raib.
“Isinya kalau tidak salah saya, pakaian. Halang semua. Kemana lagi mau dicari. Saya juga tidak lihat siapa yang ambil,” katanya sambil tertawa mengenang nasib naasnya itu.
Namun demikian, Ibrahim membenarkan bahwa dulunya, pasar Cik Puan jauh lebih terkenal di seluruh pelosok Riau jika dibanding dengan pasar lainnya di Pekanbaru.
Dulunya, pasar bawah yang saat ini dikenal dengan pasar wisata, sudah ada. Sementata akses ke daerah Tanjunh Pinang ketika itu masih sangat mudah. Sebagian besar masyarakat dan pedagang lebih memilih berbelanja untuk bahan dagangan ke Tanjung Pinang, ketimbang di pasar bawah. “Ada satu boat ferry, dengan rute ke Tanjung Pinang. Saya lupa berapa oangkosnya ketika itu,” Kata Tarmizi.
Penulis: Melba Ferry Fadly