BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Sempat dihebohkan dengan isu vaksin Measle-Rubella (MR). Alasan masyarakat sederhana, vaksin MR ini diketahui memiliki kandungan babi.
Akibat penolakan ini, program vaksinasi MR yang dicanangkan pemerintah menjadi tersendat. Di Pekanbaru sendiri, target vaksinasi 200 ribuan anak tak tercapai.
Namun, penolakan vaksinasi tak hanya terjadi pada saat ini. Sejak zaman dulu, masyarakat ternyata juga menolak vaksinasi. Alasannya terkadang lucu, takut anaknya dijadikan makanan buaya.
Abad 17, wabah cacar menyerang Ambon, Jawa, dan Sumatera. Wabah cacar juga menyerang Malaka pada tahun 1651 dan menghilangkan sepertiga penduduknya.
Berkaca di pengalaman tersebut, pada tahun 1818, pemerintah kolonial Belanda mengeluarkan kebijakan vaksinisasi cacar. Area vaksinisasi cacar dibagi per distrik untuk memudahkan penyebarannya vaksin.
Namun, banyak masyarakat yang enggan anaknya diberikan vaksin. Seperti di Pulau Bawean pada tahun 1821. Penduduk pulau menolak vaksin dengan alasan tak disetujui ulama.
Alasan penolakan paling tidak masuk akal terjadi di Madiun pada tahun 1831. Muncul isu bahwa vaksin hanyalah akal-akalan residen untuk mengambil anak-anak dan dijadikan makanan buaya. Akibatnya, banyak orang tua yang melarikan anaknya ke hutan. (bpc2)