BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Pasar bawah merupakan salah satu tempat wisata belanja kota Pekanbaru Riau, mulai dari turis lokal hingga mancanegara. Psikolog Industri, Organisasi dan Psikologi Sosial Universitas Islam Riau (UIR), Fikri, S.Psi. M.Si Psikologi Industri, Organisasi dan Psikologi Sosial Universitas Islam Riau (UIR) menilai hal ini sangat bagus, karena dapat mengembangkan ekonomi masyarakat kota Pekanbaru.
“Ini sangat bagus sekali, karena jika ada tamu dari luar Riau datang selama ini selalu meminta diantarkan ke pasar bawah karena pasar bawah menyediakan produk lokal dan produk import yang harganya terjangkau oleh wisatawan dan kwalitasnya juga bagus,” ungkapnya kepada bertuahpos.com Kamis, (19/01/2017).
Ini lah image atau pencitraan, sambung Fikri, tentang ikon wisata belanja di Pekanbaru. Pemerintah dan masyarakat harusnya bersyukur dengan adanya pasar bawah, karena dapat meningkatkan ekonomi masyarakat Pekanbaru.
Lebih lanjut kata Fikri, pengenalan makanan atau kerajinan Pekanbaru dan pengelolaan pasar bawah ini perlu di lakukan dengan serius karena animo wisatawan sudah terbentuk. “Tak lengkap ke Pekanbaru jika tidak datang ke pasar bawah,” tambahnya. “Nah, karena animonya sudah terbentuk maka perlu dikelola secara serius dan profesional. Agar visi Riau menjadi “the home land of malay in the world” tercapai,” katanya.
Selaku pengamat sosial, Dosen ini mempunyai pendapat dari kacamata ilmu Psikologi, diantaranya, untuk dapat mendukung salah satu visi Riau sebagai pusat perdagangan dan the homeland of malay di Riau, maka pasar bawah perlu di benahi, dikelola dan diberikan program atau event khusus dalam menarik para pengunjung wisatawan ke Riau.
Â
Selanjutnya dia menyebutkan, pengelolaan yang dimaksud adalah dari segi kenyamanan wisatawan yang datang kesana perlu diperhatikan seperti tempat parkir yang layak dan aman. Sistem security seperti di mall. Karena kalo kita ke pasar bawah dari tampilan luar sangat sumpek, macet dan pakir semraut sehingga menjadi masalah.
Â
“Dalam mendukung budaya melayu bentuk fisik, fasilitas pendukung harusnya dibuat atnik melayu atau ciri khas melayu di sekeliling dan di dalam gedung. Susana belanja harusnya didengarkan musik Melayu atau Pantun sebagai kearifan lokal Melayu yang selama ini tidak ada.
Jika musim hujan pasar bawah banjir. Maka perlu dirancang tata pasar bawah yg baik agar tidak banjir. Kalau berkunjung kesana terasa panas karena tidak ada pendingin udara seperti ac. Hal ini perlu agar wisatawan terasa nyaman belanja.
“Selain itu yang sangat terpenting adalah empowering community (pemberdayaan masyarakat), artinya pemerintah memberikan dan memberdayakan Usaha Kecil Menengah (UKM) di Pekanbaru untuk membuat usaha kreatif ciri khas Riau. Seperti makanan khas Riau, kerajinan Riau dan batik Riau untuk dapat dibuatkan booth atau tempat ruko berjualan sehingga masyarakat sangat diberdayakan dan dibangkitkan semangat berwirausahanya,” harapnya.
Selama ini, kata Fikri, kondisi yang saya sebutkan diatas tidak benar-benar dikelola secara serius untuk kesejahteraan masyarakat kita. Masyarakat perlu berbanggga dan bersyukur dengan adanya pasar bawah. Tetapi permasalahan sosial yang dimunculkan, kurang adanya pemberdayaan dan pengembangan industri kreatif masyarakat Riau yang dijual di pasar bawah. Lingkungan luar gedung dan di dalam ruangan pasar bawah yang belum kondusif bagi wisatawan yang datang.
Â
Seni budaya, makanan khas, batik Riau, motif dan kerajinan Riau sangat susah dilihat dan di dapati oleh wisatawan di pasar bawah. Jika ke pasar bawah maka kebanyakan pedagang bukan menggunakan bahasa melayu tetapi malah 90% transaksi menggunakan bahasa Minang. Â
Jika permasalhan ini tidak di kelola secara profesional dan menggunakan kecanggihan teknologi maka ikon ini akan hanya tinggal nama pada suatu hari. “Saya mengharap kepada pemerintah terutama dinas pasar betul-betul diperhatikan dengan serius permasalahan ini karena sangat penting bagi keberlangsungan hidup masyarakat sekitar kedepannya,” pungkasnya.
Penulis: Hari Jummaulana