BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Afrinaldi tidak pernah menyangka dengan apa yang diperoleh saat ini. Menjadi seorang nasabah Bank BRI ternyata memberi berkah tersendiri. “Mungkin disini pula rezeki saya,” ujarnya kepada media yang mengunjunginya di Jalan Kesadaran nomor 82 A Tangkerang. Dari tempat ini, masyarakat harus berjalan 4 kilo sampai 5 kilo untuk menemukan mesin ATM.
Pria berusia 50 tahun ini tengah sibuk melakukan transaksi dengan seorang wanita paruh baya. Afri mencatat hasil transaksi itu dalam sebuah buku khusus yang dia siapkan. “Uang itu akan ditransfer,” tambahnya.
Kedai Afri tidak begitu besar. Namanya Toko Amelia. Hanya sebuah petak ruko bercat putih. Dia menjual beragam barang harian, jumlahnya tidak terlalu banyak. Deretan makanan ringan, dan kebutuhan rumah tangga lainnya jelas terlihat dari luar. Sudah 7 tahun dia melakoni usaha kedai hariannya di tempat ini. Di bagian teras, ada sebuah etalase kaca berbentuk persegi panjang. Di atas etalase itulah, transaksi perbankan antara Afri dan nasabahnya dilakukan.
Afrinaldi adalah seorang kepala rumah tangga yang menjadi Agen Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif (Lakupandai), ditempat dia tinggal. Perkenalannya dengan layanan keuangan ini pada Mei tahun 2015. Dia tertarik dengan presentasi marketing BRI yang menawarkan sistem layanan keuangan itu. “Saya tertarik. Lumayanlah untuk dijadikan sampingan sambil nambah-nambah penghasilan,” kata dua.
Berjalannya waktu, ternyata membuat Afrinaldi berpikir dua kali. Setelah dihitung-hitung, pendapatannya dari jasa Lakupandai jauh lebih besar. Dalam satu bulan omzet dari layanan ini tidak kurang dari Rp5 juta sampai Rp6 juta. Bagaimana tidak, dalam sehari saja bisa ada sebanyak Rp10 juta sampai Rp20 juta per harinya.
“Saya dalam waktu dekat rencananya akan buka cabang satu lagi. Tapi masih cari orang yang pandai untuk mengurus layanan dari Bank BRI ini,” kata Afri.
Cara kerjanya sangat sederhana. “Nanti kita diberi elektronik data capture. Alat itu bentuknya seperti debit jika melakukan transaksi di supermarket. Dengan alat itulah dia melakukan transaksinya untuk melayani kebutuhan masyarakat seperti bayar listrik, pulsa, transfer, termasuk simpan dan pinjam uang.
Pendapatan Afrinaldi bertambah. Dia mulai yakin bahwa Lakupandai adalah jenis usaha yang sangat menguntungkan. “Dulu, ini hanya usaha sampingan. Sekarang inilah usaha pokok untuk menopang ekonomi keluarga saya,” tambahnya.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menerbitkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 19/POJK.03/20U tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif. Untuk menguatkan POJK Laku Pandai, otoritas pun telah merilis Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 6/SEOJK.03/2015 tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif oleh Bank.
Sedangkan Lakupandai sendiri adalah program penyediaan layanan perbankan dan atau layanan keuangan lainnya melalui kerjasama dengan pihak lain (agen Bankl dan didukung dengan penggunaan sarana teknologi informasi). Tujuan Laku Pandai adalah menyediakan produk-produk keuangan yang sederhana, mudah dipahami dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang belum dapat menjangkau layanan keuangan saat ini.
Jika anggota berbagai kelompok masyarakat di Indonesia yang menggunakan layanan keuangan/perbankan, diharapkan kegiatan ekonomi masyarakat dapat semakin lancar sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan antarwilayah di Indonesia terutama antara desa-kota.
Untuk tahap awal, Afrinaldi simpan uangnya di Bank BRI sebanyak Rp 50 juta. Idealnya cukup dengan uang Rp 3 juta di rekening BRI, maka penyedia jasa sebagai agen Lakupandai sudah bisa dilakukan. Dia memasang sebidang spanduk warna biru muda di depan kedainya. Ada banyak informasi tentang transaksi perbankan dia cantumkan dalam kain pengumuman itu.
“Nanti tetanggaan lewat, atau singgah mau belanja. Terus mereka tanya. Dan saya menjelaskan. Karena penasaran mereka coba. Karena mudah akhirnya mereka melakukan transaksi terus di sini. Bayar listrik, pulsa, dan banyak kebutuhan rumah tangga lainnya dikita,” tanbahnya.
Dia sempat menceritakan beberapa kali kisah unik dalam memasarkan usaha agen Lakupandai itu. Suatu ketika ada seorang wanita paruh bawa mengendarai sepeda motor melintas di depan kedainya. Saat akan melintas, wanita itu melambatkan laju kendaraannya sambil fokus menoleh ke spanduk yang terpajang di depan kedainya Afrinaldi. Iseng, dia menyapa wanita itu sambil menawarkan beberapa layanan transaksi dalam Lakupandai itu.
“Ini betul, Pak?”
“Silahkan ibu coba bayar listrik atau yang lain,” ujarnya. “Sampai sekarang ibu itu jadi pelanggan tetap kita.”
Lebih kurang satu setengah tahun, dia menjalani usaha sebagai agen Lakupandai, ada banyak pelajaran yang diperoleh Afrinaldi. Sebab mengurus uang sangat berhubungan dengan trush atau kepercayaan.
“Ini tidak mengenal hari libur. Bagi saya untuk menjaga kepercayaan nasabah cuma jujur saja. Satu rupiah sama satu miliar tetap maling juga. Apalagi saya melihat animo masayarat sangat tinggi. Saya tidak berani macam-macam,” tambahnya.
Kepala Kantor Cabang BRI Imam Munandar/
Adi Priyamono mengatakan ada banyak peluang yang diberikan kepada masyarakat jika ingin terlibat sebagai agen Lakupandai. Di BRI namanya BRILink. Di Riau dan Kepulauan Riau, BRI sudah menyediakan sebanyak 2.352 agen. Di Pekanbaru sendiri Adan sebanyak 563 agen BRILik di bawah dua Kantor Cabang BRI.
“Ada banyak layanan transaksi yang tersedia dalam Lakupandai ini. Termasuk mini ATM, bayar telpon, listrik, pulsa, tabungan, bahkan untuk asuransi mikro,l. Cukup dengan membayar premi 50 ribu rupiah,” ujarnya kepada bertuahpos.com.
Kriteria umum bagi masyarakat untuk menjadi agen BRILink atau Lakupandai, cukup sederhana. Diantaranya, calon agen sudah punya usaha, menjadi nasabah BRI dengan tabungan minimal Rp3 juta dan patuh pada aturan perbankan. “Datang ke kantor bank untuk isi form yang sudah kita sediakan,” tambahnya.
BRI menargetkan akan ada 1.500 agen Lakupandai di Pekanbaru tahun ini. Targetnya, satu desa satu agen. Termasuk jika ada nasabah BRI yang dianggap layak, maka pihak BRI sendi akan melakukan tawaran untuk menjadi agen Lakupandai.
“Keuntungannya melalui sharing fee sebesar 50 persen. Sama saja dengan mereka tidak bekerja di BRI tapi mereka di gaji BRI,” tambahnya.
Kepala Bagian Pengawasan Bank Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional Riau, Elvira Azwan mengatakan, sejak awal hadirnya Lakupandai memang diinisiasi oleh OJK. Pihaknya melihat ada banyak masyarakat diusia produktif tidak punya rekening. Sementara, kebutuhan masyarakat untuk melakukan transaksi sangat tinggi.
Meski BRI salah satu perbankan yang termasuk cepat meluncurkan program Lakupandai hingga ke pelosok daerah, namun OJK melihat masih banyak daerah yang belum tersentuh oleh layanan keuangan ini.
“Kriteria umum untuk jadi agen Lakupandai sederhana sekali. Orang yang sudah punya penghasilan. Boleh apa saja hasilnya. Calon agen punya latar belakang yang baik dan punya tempat tinggal,” ujarnya.
Penulis: Melba