BERTUAHPOS.COM, PELALAWAN – Berada di Kecamatan terluar di Kabupaten Pelalawan tak menyurutkan potensi ekowisata Gelombang Bono. Gelombang Bono merupakan destinasi wisata unik yang mendunia.Â
Keunikan gelombang Bono mampu memperdaya peselancar dari seluruh penjuru dunia, tak jarang pada event-event tertentu kecamatan Teluk Meranti Kabupaten Pelalawan ramai dipadati turis domestic maupun mancanegara yang ingin mencoba berselancar di gelombang Bono.
Ombak Bono atau gelombang Bono terjadi akibat pasang laut masuk ke sungai atau muara yang sempit berbentuk corong. Energi pasang laut menciptakan ombak tinggi di sungai dan dapat berjalan sepanjang 40 kilometer. Tinggi gelombang Bono tergantung musim, terutama saat menjelang purnama.
Begitu eksotisnya Gelombang Bono sehingga pada tahun 2017 Bupati Pelalawan, H.M Harris naik di podium untuk menerima penghargaan Anugerah Pesona Indonesia (API)
Dari tahun ke tahun upaya pembenahan dilakukan baik oleh Pemerintah Kabupaten Pelalawan, Pemerintah Provinsi Riau dan Kementerian Pariwisata, baik dari segi pengelolaan infrastruktur jalan, maupun objek wisata di Kecamatan Teluk Meranti. Hal ini dilakukan agar Objek wisata bono menjadi destinasi wisata unggulan bukan saja bagi Provinsi Riau melainkan Indonesia.
Bono merupakan gelombang sungai terbaik dari lima lokasi di dunia. Nomor dua berada di Sungai Qiantang yang membelah Provinsi Haining, China, yang diberi sebutan Naga Perak. Lalu di Sungai Araguari, Apama, Brasil; Gloucestershire di Inggris; dan Cook Inlet di Alaska, Amerika Serikat (AS).
Kini untuk menjangkau wisata ini sudah sangat mudah. Dari sisi geografis, daerah keberadaan Ombak Bono, yakni Kabupaten Pelalawan hanya berjarak sekitar 60 Kilometer ini dapat ditempuh sekitar 1,5 jam perjalanan darat dari ibukota Provinsi Riau.Â
Di sektor wisata ini, atau yang dikenal Pelalawan Eksotis, Pemkab Pelalawan menjadi objek wisata Bono menjadi primadona, selain objek wisata lainnya seperti Istana Sayap Pelalawan, Tugu Equator di Pangkalan Lesung, Pusat Budaya Petalangan di Betung, Taman Nasional Tesso Nilo di Ukui, serta pemandian air panas di Pangkalan Lesung, objek wisata Danau Tajwid atau Kajuid yang berlokasi di Kecamatan Langgam dan lain-lainnya.
Gelombang Bono menjadi target pengembangan karena memang wisata ini mempunyai satu keunikan yang tidak dimiliki daerah lainnya di Indonesia juga di dunia.Â
Selain itu juga gelombang Bono atau yang lazim disebut Bekudo Bono oleh warga masyarakat tempatan ini diduga juga mempunyai 7 tingkat gelombang. “Seven Ghost,” ujar peselancar top dunia saat menjajal kemampuannya di Gelombang Bono Sungai Kampar setiap tahunnya.Â
Dengan ini Pemerintah Kabupaten Pelalawan terus melakukan berbagai upaya untuk mempromosikan gelombang Bono dimulai dari dalam negeri hingga ke mancanegara. Setiap ada kesempatan gelombang Bono tetap menjadi prioritas pemerintah untuk ditawarkan.
Salah satu cara promosi yang dilakukan pemerintah Kabupaten Pelalawan dengan secara berkala menggelar event seni dan budaya guna menambah daya tarik pengunjung. Promosi yang setiap tahun dilaksanakan disaat pasang mati, dimana air laut naik menuju daratan terjadi saat bulan –bulan November dan Desember adalah dengan menggelar “Bekudo Bono”
Acara ini meramu sejumlah kegiatan dengan ikon wisata seperti menampilkan seni dan budaya Kabupaten/Kota Se-Provinsi Riau, kemudian acara lomba mincing dan tentu saja lomba berselancar dengan berbagai kategori, baik tingkat lokal maupun tingkat nasional. Selain itu, ada juga lomba fotografi yang diharapkan menghasilkan momen-momen eksotik dari gelombang Bono nan asri dan memukau.
Dengan adanya gelombang bono dan para turis berselancar di atas-atas gelombang bono, membuat Teluk Meranti menjadi tersohor. Bahkan dengan adanya perhatian serius dari Bupati Pelalawan dan Kementerian Pariwisata RI, maka perkampungan Teluk Meranti menjadi satu perkampungan Sadar Wisata.
Tak ayal wisata andalan ini telah mendunia, walau lokasinya susah dijangkau namun para wisatawan tak berhalangan mengunjungi lokasi yang ada di Teluk Meranti, Pelalawan, Riau itu.
“Jadi Kuala Kampar menjadi tempat atau Kampung Wisata. Kemudian masyarakatnya diberikan pemahaman tentang sadar wisata. Jadi merekalah mengelola perkampungan itu menjadi tempat wisata dan bisa memberikan penghasilan cukup memajukan daerah,” jelas Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga, Andi Yuliandri.
Paling tidak dengan terbentuknya Desa Sadar Wisata tersebut, pemerintah tinggal memberikan ceramah atau pemberdayaan terutama untuk meningkatkan partisipasi masyarakat.
“Bono ini sudah terkenal di manca Negara. Bahkan kita sudah berupaya mengajukan sebagai salah satu keajaiban dunia. Di dunia ada dua, di Indonesia (Kuala Kampar) dan Sungai Amazon yang ombaknya tak setinggi di Kuala Kampar Indonesia,” jelasnya.
Untuk Riau sendiri, desa yang akan mendapat pemberdayaan untuk peduli wisata atau disebut desa wisata terdapat 28 desa. Yang tersebar diantaranya Kabupaten Bengkalis, Pelalawan, Rohil dan beberapa kabupaten/kota lainnya.
“Kita berharap desa-desa wisata ini bisa menjadi kenyataan dan bisa berkembang sendirinya dengan peran serta masyarakat,” ucapnya.
Sementara itu tokoh masyarakat Teluk Meranti, Pelalawan, Riau, H.Hasan, menyebutkan sejak dikenalnya Bono didaerahnya ini membuat kunjungan turis local dan manca Negara terus meningkat.
Agar tidak hilang fenomena gelombang Bono perlu dijaga dengan baik, dan keinginan menjadikan Wisata Internasional perlu penataan pembangunan infrastruktur baik jalan, air, dan listrik.
Sementara Bupati Pelalawan, HM Harris dalam sambutannya, mengaku pembangunan kawasan objek wisata Bono memang baru tahap rancangan konsep dalam melakukan diskusi yang akan bermuara pada masterplan pengembangan yang di koordinir oleh Kementerian Pariwisata dan ekonomi kreatif dan akan selesai dalam waktu singkat.
“Kita harapkan pertemuan kali ini dapat menghasilkan rancangan kongkrit dan tindak lanjut pembangunan kawasan objek wisata Bono, dan membentuk suatu tim secara nasional dan daerah. Sehingga dapat mengcover dalam melaksanakan rencana pengembangannya secara lebih jelas,” ujar Bupati Pelalawan.
Maka tim yang akan dibentuk oleh FGD tersebut, dapat membagi tugas dan tanggung jawabnya, dalam mewujudkan pengembangan daya tarik wisata Bono, menjadi ikon wisata internasional.Â
Secara komitmen pemerintah daerah Kabupaten Pelalawan akan terus mengusahakan pencapaian tujuan pengembangan wisata Bono ini secara maksimal sesuai kemampuan dan kewenangan yang dimiliki.
“Kami yakin dengan niat baik, Pemerintah Pusat dan Provinsi Riau akan mendukung sepenuhnya pencapaian pembangunan wisata Bono yang bertaraf Internasional tersebut dan menjadikan tujuan wisata 20 besar nasional dan 200 besar dunia, maksimal dalam 4 tahun kedepan,” ungkap Harris. (advertorial)