BERTUAHPOS.COM (BPC), ROHIL – Sejarah telah mencatat bahwa Kota Bagansiapiapi, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau, Indonesia pernah menjadi eksportir ikan terbesar kedua di dunia setelah Kota Bergen di Norwegia.
Bagansiapiapi yang saat itu masih berada di wilayah Kabupaten Bengkalis menjadi pusat pendaratan ikan terbesar, ada ratusan kapal kapal trawl saat itu yang mendaratkan ikan di Bagansiapiapi.
Berton-ton ikan, mulai dari ikan basah segar, ikan atau udang kering, ikan asin atau terasi, diekspor dari kota ini ke berbagai tempat. Dalam satu tahun, hasil tangkapan ikannya bisa mencapai 150.000 ton. Ekspor hasil laut berkembang menjadi salah satu pilar ekonomi rakyat.Â
Akan tetapi hal yang sangat di sayangkan karena saat ini Bagansiapiapi tinggal sejarah. Nnamanya memudar seiring dengan berkurangnya sumberdaya perikanan yang terus merosot. Hal ini terjadi karena eksplorasi yang dilakukan secara terus menerus dengan menggunakan kapal dengan alat tangkap pukat harimau yang membuat semua faktor penunjang yang memenuhi kebutuhan ikan rusak, bahkan dinyatakan susah untuk kembali seperti semula dan akan memakan waktu yang lama.
Belajar dari kejadian yang terjadi di Bagansiapispi, pemerintah menetapkan pukat harimau sebagai alat tangkap yang dilarang. Akan tetapi dalam prakteknya saat ini masih banyak yang menggunakan alat tangkap yang dimaksud dalam larangan tersebut tetapi namanya diubah oleh sebagai nelayan dan memodifikasinya tapi prinsip kerja dari alat tersebut masih sama. Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir, saat ini terus berupaya untuk menggembalikan predikat yang dahulunya pernah meraih sebagai daerah penghasil ikan terbesar didunia.
“Memang dulunya Bagansiapiapi penghasil ikan terbesar kedua didunia dan kami ingin predikat itu bisa diraih kembali. Upaya-upaya yang kami lakukan saat ini salah satunya memberikan bantuan kepada para nelayan setiap tahunnya,†kata M Amin.Â
Dari data Dinas Perikanan dan Kelautan Rohil, hasil tangkapan nelayan pada tahun 2013 lalu hanya sebanyak 47.511,81 ton dengan rincian 46.781 ton atau sekitar 98,46 persen merupakan hasil perikanan laut dan perairan umum. Sedangkan hasil tangkap nelayan budidaya hanya 730,81 ton atau 1,54 persen.
“Jika hasil tangkap perikanan nelayan dibandingkan dengan tahun sebelumnya dengan total produksi ikan 57.850 ton maka terjadi penurunan pada tahun 2013 lalu sebesar 17,87 persen,†katanya.
Untuk hasil tangkap nelayan pada tahun 2014 tercatat produksi ikan sebanyak 33.847,46 ton, dimana 49.141 ton atau 98,00 persen merupakan hasil tangkap perikanan laut dan perikanan umum. Sementara untuk hasil tangkap ikan budidaya sebesar 1.089,76 ton atau 2,00 persen. Hasil tangkap nelayan ini juga terjadi penurunan dari tahun 2013 lalu sebesar 16,79 persen.
Dengan kondisi yang terjadi dua tahun terakhir itu sambung dia, tentunya sangat berimbas bagi perekonomian para nelayan meskipun laut Rohil masih banyak menyimpan potensi perikanan yang siap untuk dikembangkan. Meski demikian untuk meraih kejayaan tersebut dalam beberapa tahun terakhir pemerintah daerah telah membuat program dengan cara melakukan pembinaan dan memberikan berbagai bantuan alat tangkap agar para nelayan bisa hidup sejahtera.
“Upaya ini kami lakukan untuk memperkuat para nelayan dari yang tidak bersemangat menjadi lebih semangat. Pemberdayaan yang dilakukan itu juga sesuai dengan peraturan pemerintah nomor 50 tahun 2015 tentang pemberdayaan nelayan dan budidaya ikan,†katanya lagi.
Nelayan Dapat Bantuan Armada Boat
Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Rokan Hilir juga menyalurkan bantuan Armada Boat berkapasitas 1 Gross Tonnage (GT) dan 3 Gross Tonnage Kepada nelayan pesisir Rohil, bantuan kapal untuk nelayan yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) 2016.
Sebelumnya Bantuan Armada berupa boat yang dilengkapi alat pendeteksi ikan (Fish Finder) diberikan agar nelayan dalam bisa berlayar lebih jauh ketengah menangkap ikan
Untuk Nelayan pesisir seperti nelayan Bagansiapiapi, Panipahan, dan Sinaboi tahun 2016 lalu, selain itu diberikan bantuan alat tangkap perikanan juga akan diberikan bantuan Armada Boat sebanyak 40 unit. 40 Unit armada diberikan kepada nelayan itu berkapasitas 3 GT sebanyak 20 unit dan 1 GT sebanyak 20 unit.
Pihaknya akan memastikan mengenai penerima kapal adalah merupakan pihak yang berhak. Tapi yang jelas penerima bantuan kapal harus pekerjaannya nelayan. Selanjutnya dilihat dari calon penerima mana yang lebih tidak atau kurang mampu, termasuk sasaran penerima nelayan yang tidak punya kapal karena rusak,†kata Amin.
Proses seleksi penerima bantuan kapal terangnya dijalankan dengan ketentuan yang cukup ketat untuk mencegah terjadinya kesalahan penyaluran bantuan kepada pihak yang tak berhak.
Berdasarkan kuota yang telah ditetapkan dari DAK jumlah kapal bantuan mencapai 40 unit, yang terbagi sebanyak 20 unit untuk kapal dengan kapasitas 3 GT sebanyak 20 unit dan kapasitas 1 GT sebanyak 20 unit.
Sejauh ini diperkirakan kapal dengan bobot 3 GT lebih cocok diarahkan penyalurannya kepada nelayan di wilayah pesisir seperti Kecamatan Sinaboi, Bangko dan Pasir Limau Kapas karena melakukan penangkapan ikan ke perairan yang lebih dalam, menghadapi tantangan arus deras dan lain-lain.
Pengembangan Budidaya Ikan Air Tawar
Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Rokan Hilir juga terus berupaya meningkatkan sektor perikanan dengan melakukan pegembangan bibit ikan air tawar. Selain itu Diskanlut juga mengupayakan bantuan alat tangkap ikan bagi nelayan.
“Untuk pengembangan ikan air tawar kami sudah membuat tempat pembenihan ikan di daerah Ujung Tanjung. Tahun kemarin saja kami sudah berhasil menbenihkan ikan air tawar sekitar 200.000 ekor benih dari jenis ikan selais, baung, lele serta ikan nila. Ikan hasil pembenihan tersebut kami sebar keseluruh daerah Rohil dalam bentuk bantuan bagi peternak ikan kerambah maupun kolam.†kata Amin.Â
Sesuai dengan visi-misi Bupati Rohil yang akan meningkatkan program di sektor perikanan, Diskanlut Rohil secara umum anggarannya terus meningkat, terutama program bantuan bagi nelayan kecil.
“Bantuan yang kami berikan kepada nelayan berupa bantuan boat, dari yang menggunakan sampan dayung menjadi nelayan sampan bermotor, alat deteksi ikan (fish Finder), jaring, fibre box serta mesin boat. Selain itu, kami juga mengupayakan agar kapasitas boat nelayan menjadi lebih besar dengan memprogramkan bantuan boat kapasitas 3 GT ke atas. Sehingga para nelayan dapat mencari ikan lebih jauh ketengah laut. Diharapkan dengan adanya bantuan dari pemerintah tersebut kesejahteraan nelayan akan terus meningkat,†demikian Muhammad Amin. (adv)