BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Melihat potensi Migas dan komoditi sawit di Riau tidak bisa menjadi andalan dalam menopang pertumbuhan ekonomi, Pemerintah Provinsi Riau harus mencari alternatif untuk bisa menjaga kestabilan ekonomi masyarakat jika sewaktu-waktu komoditi itu anjlok.
Kepala Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Riau, Ismet Inono melihat, rencana pemerintah untuk membangkitkan potensi wisata sudah dianggap salah satu langkah yang bisa mengatasi masalah ini. Sebab, pengembangan sektor wisata dianggap salah satu alternatif untuk menggerakkan sektor ekonomi lain.
Baca: Kalau Terus Bergantung Pada Migas dan Sawit, Ekonomi Riau Sulit Bangkit
“Kalau di Riau potensi wisata sebenarnya bisa tumbuh baik jika betul-betul mendapat perhatian serius. Subsektor wisata ini jangan hanya terpaku pada wisata alam. Ada banyak wisata yang bisa dikembangkan. Baik itu wisata sejarah, budaya, alam, perkebunan, bahkan sektor hulu Migas kita juga bisa dijadikan sebagai objek wisata,” katanya, Jumat (17/06/2016).
Dia menambahkan, untuk saat ini dari sektor wisata di Riau hanya memberikan sumbangan sebesar 9% dalam menopang perekonomian secara nasional. Persoalan sektor ini bisa dijadikan unggulan atau tidak, semua tergantung keseriusan pemerintah.
Mencari komiditi alternatif, memang harus dilakukan sejak dini. Sebab dalam rentang waktu yang tidak bisa ditentukan, bisa saja komoditi unggulan Riau, seperti Migas dan sawit akan jatuh. Kondisi seperti itu sudah dirasaakan Riau saat ini. Harga minyak anjlok dan harga tandan buah segar sawit pernah jatuh diharga terendah. Sewaktu-waktu kondisi seperti itu juga akan terjadi lagi.
Menurut Ismet, dengan digerakkannya pengembangan wisata, maka sektor-sektor lain diyakini juga akan bangkit. Seperti sektor industri kreatif yang nantinya juga akan bisa menopang perekonomian masyarakat.
“Makanya wisatanya harus digarap serius dulu. Supaya orang banyak datang ke Riau. Baru ekonomi kreatifnya bisa tumbuh, dan memberi andil yang besar terhadap ekonomi masyarakat,” tambahnya.
Kontraksi sektor pertambangan Riau pada triwilan 1-2016 tercatan lebih edikit dibandingkan dengan triwulan IV-2015. Yakni hanya 5,50%. Dengan kata lain terkontraksi sebesar 2,92%. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, penurunan tersebut disebabkan semakin berkurangnya cadangan minyak bumi dan keterbatasan perusahaan untuk melakukan eksplorasi serta investasi, di tengah melemahnya harga minyak dunia yang tidak memenuhi nilai keekonomiannya.
“Kondisi ini juga tercermin dari pencapaian lifting minyak bumi Provinsi Riau yang hingga triwulan 1-2016 masih cenderung melanjutkan tren menurun,” katanya.
Pada bulan Januari 2016 total produksi minyak kondesat di Provinsi Riau sebesar 263,07 ribu barrel per hari, menurun jika dibandingkan tahun 2015 yang mencapai 302,81 ribu barrel per hari. Sementara itu hasil kinerja lifting minyak bumi di Riau ke depannya diperkirakan akan semakin menurun akibat penurunan produktivitas sumur minyak yang sudah tua. Dan minimnya penemuan sumber cadangan minyak baru yang produktif di Provinsi Riau.
Penulis: Melba
  Â
Â