BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Dewi Khaeronisak punya motivasi menarik mendirikan Beppa Brownies. Sebuah usaha rumahan yang memproduksi bermacam kue brownies, di Pekanbaru. Wanita asal Pekalongan itu memang punya hobi memasak dan membuat kue.
Setelah menikah dan memiliki seorang buah hati, dia terpikir untuk mencari kesibukan lain. Dengan hobinya itulah dimulai membuka usaha sampingan. “Pertama yang terpikir ada kesibukan baru sambil ngurus si kecil dan pastinya ada uang jajan,” katanya.
Kepada bertuahpos.com, Dewi bercerita banyak tentang kehidupannya. Sejak kecil, kondisi ekonomi keluarga yang kembang kempis, membuat dia harus putus sekolah di tingkat SMP. “Bukan karena saya bodoh, tapi karena dulu orang tua tidak mampu sehingga saya tidak bisa melanjutkan sekolah,” ujarnya.
Bukan tipikal Dewi, dengan kondisi seperti itu dia harus menyalahkan keadaan. Apalagi harus menyalahkan orang tuanya, mengapa dia terlahir sebagai orang miskin. Sejak itu dia menanamkan dalam dirinya bahwa sesungguhnya belajar itu bukan hanya dipendidikan formal semata. “Karena kehidupan ini saja sudah banyak mengajari kita,” sambungnya.
Dewi bisa kuat karena perjalanan hidupnya yang berliku. Sebab itulah dia juga sedikitpun tidak pernah membatasi impiannya hingga saat ini. Membuka sebuah usaha adalah salah satu dari sekian banyak mimpinya yang kini terwujud. Meski belum sepenuhnya, upaya untuk menggapai itu terus dia lakukan.
“Saya ingin karyawan-karyawan saya adalah anak-anak kurang beruntung seperti saya,” katanya.
Dewi yang sekarang memang sangat jauh berbeda dengan dia yang dulu, apabila dilihat dari sisi materil. Tapi semangat kerja yang ada pada dirinya, sama sekali tidak pernah berubah, masih tetap seperti yang dulu.
Terbuka kemudahan hidupnya di Pekanbaru, juga tidak lepas dari campur tangan orang tua angkatnya Bunda Halisis Pohan. Begitu banyak pelajaran yang diberikan kepada Dewi dalam menjalani kehidupan.
“Saya mau ucapkan terimakasih kepada Mbak Nur Azizah yang sudah mempertemukan saya dengan seorang ibu yang hebat, ibu Halilis Pohan,” ujarnya.
Dari Bunda Halilis Pohan, Dewi banyak belajar dan bisa seperti sekarang ini. Sosok ibu angkatnya yang keras ternyata merubah hidup Dewi menjadi lebih baik. Dulu, ketika Dewi masih bersama ibu angkatnya itu, dia betul-betul dididik dengan keras.
Kata-kata kasar yang terucap dari bibir sang bunda angkatnya itu seperti mantra yang berhasil menyulap kepribadian Dewi untuk berubah menjadi lebih baik. Kasih sayang dan bimbingan yang diterima Dewi membuka memaksa dia untuk berfikir kreatif.
Ibarat kata pepatah, “rezeki memang tidak berpintu. Dia dipertemukan dengan jodoh yang mengerti dengan kondisinya. Dukungan demi dukungan tidak hanya muncul dari Bunda Pohal, melainkan juga dari sang suami.
“Dia selalu mendukung apapun yang saya kerjakan. Bahkan saat punya anak seperti ini, dia yang selalu membantu saya menyelesaikan order, jika saya sedang kerepotan,” kata Dewi.
Dari perjalanan garis hidupnya itulah, dia mengerti bahwa takdir hidup sebagai keluarga miskin bukan alasan untuk tidak bisa mendapatkan hidup yang lebih baik. Asal terus bekerja keras. “Kuncinya doa dan usaha,” sambungnya.
Tidak ada kiat khusus yang dilakukan Dewi hingga bisa mengembangkan usaha Beppa Browniesnya. Kuncinya, yang penting bisa membagi waktu antara kerja dan keluarga. Dulu, sebelum ada yang membantu, Dewi selalu menyisihkan waktu pada malam hari untuk menyelesaikan pesanan pelanggan, atau disaat sang buah hati sudah tidur. Bagaimanapun, keluarga tetap yang utama, dan bisnis hanyalah sampingan.
“Kata suami selama tidak melupakan kewajiban sebagai ibu rumah tangga, enggak masalah. Malah kadang suami bantu kalau saya kerepotan. Dialah yang suka ikutin saya demo kue buat kue,” ujarnya sambil tertawa.
Bukan tidak ada kendala yang dihadapai Dewi dalam menjalankan usahanya itu. Misalnya, sewaktu orderan itu harus diselesaikan, tiba-tiba anaknya sakit. Bagaimanapun harus tetap memprioritaskan keluarga
“Jadi kadang saya cancel. Tapi sebagai permintaan maaf biasanya saya kirim pesenan costumer di next time dan free. jadi hubungan dengan costumer tetap baik,” tambahnya.
Selain itu, kendala lain, soal delivery. Lalu, kue yang dipesan konsumen rusak. Strateginya, pada saat pengantaran, jika itu memang kesalahan darinya, maka Dewi bersedia rugi untuk mengganti secara free dan full. “Bagaimanapun pelanggan adalah raja,” ujar Dewi.
Penulis: Dilla