BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU– Badan Urusan Logistik (Bulog) Riau dan Kepulauan Riau (Kepri) mulai mengkhawatirkan target serapan beras petani lokal. Pasalnya produksi padi di Riau terancam turun sebanyak 6.000 ton, akibat banyak sawah terendam banjir.
Seperti yang disampaikan Humas Bulog Riau Kepri, Hendra Gunafi kepada kru bertuahpos.com, Selasa (23/02/2016). “Tentu saja akan berpengaruh, dengan sawah yang terancam gagal panen,” katanya di ruang kerja.
Tahun 2016 ini, pihak Bulog menargetkan serapan beras petani lokal 5000 ton, sama seperti tahun sebelumnya. Dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) seharga Rp 7300 per kilogram. Hanya saja beberapa tahun terakhir, Bulog tak kunjung capai target serapan beras. Tahun 2015 saja, dari target 5000 ton hanya terserap sekitar 1000 ton.
Hendra mengakui hal itu. Hanya saja dirinya menyebut Bulog divre Riau dan Kepri sudah berusaha. Hanya saja ada beberapa persoalan seperti tingginya harga jual dari petani. “Kita kalau di atas HPP tidak bisa. Ini juga yang membuat serapan beras rendah,” katanya.
Selain itu, petani di Riau juga banyakemilih menjual kepada pihak luar. Seperti pemilik modal yang membeli dengan harga di atas HPP. “Ya, kalau ada yang beli beras petani lebih dari HPP baik juga, karena menguntungkan petani. Bulog di sini berperan menjaga agar tidak ada jatuh harga beras. Karena biasanya saat panen raya, penampung tidak sanggup lagi membeli, sehingga harga jatuh. Makanya bulog di sini siap selalu membeli,” katanya.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Riau, Askardia Patrianov mengatakan, bencana banjir itu telah membuat 2.481 hektar sawah rusak atau puso. Sawa yang telah rusak itu secara otomatis akan berpengaruh terhadap angka produksi padi di Riau tahun 2016 ini.
Patrianov menambahkan, dari luasan area persawahan yang terendam banjir, yakni lebih kurang 15 ribu hektar lebih, sebanyak 10,5 ribu hektar tergenang air.
“Bisa dipastikan 2 ribu lebih lahan persawahan yang terendam itu rusak dan tidak bisa berproduksi,” katanya, Senin (22/02/2016).
Dia menambahkan sawah rusah terbanyak masih didominasi oleh Kabupaten Kuatan Singingi atau Kuansing, yakni sebanyak 9637 hektar lebih. Sebanyak 8 ribu ketar lebih terendam banjir dan hampir 1.014 hektar rusak. Sementara sebanyak 464 petakan sawah di Kabupaten Indragiri Hulu yang sudah ditanam, sebanyak 65 hektar lebih terenang air dan lebih kurang 16 hektar rusak. “Perkiraan 6.000 ton penurunan produksi padi itu sudah kami hitung berdasarkan angka sawah yang rusaj,” sambungnya. (Riki)