BERTUAHPOS.COM, Jakarta –  Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, tahun lalu Indonesia mengekspor gas sebanyak 25,1 juta ton dengan nominal US$ 18,1 miliar, atau sekitar Rp 181 triliun.Â
Â
Masuk ke mana uangnya?
Menurut data BPS, dalam empat bulan terakhir, ekspor gas pada September 2013 mencapai 1,6 juta ton dengan nilai US$ 1,09 miliar. Lalu di Oktober adalah 2,1 juta ton dengan nilai US$ 1,5 miliar, November mencapai 2,3 juta ton dengan nilai US$ 1,7 miliar, dan pada Desember 2014 mencapai 2,7 juta ton dengan nilai US$ 2,04 miliar.
Sementara itu negara tujuan ekspor gas cukup beragam. Paling besar adalah ekspor gas ke Jepang dengan total selama 2013 sebesar 7,3 juta ton atau US$ 6,5 miliar. Kemudian adalah Korea Selatan dengan 6,1 juta ton atau US$ 4,2 miliar.
Selanjutnya adalah Singapura 5,5 juta ton atau US$ 4,7 miliar, Taiwan 2 juta ton atau US$ 1,7 miliar,Â
Â
China 2,6 juta ton atau US$ 457,3 juta, dan Malaysia 1,1 juta ton atau US$ 426,03 juta. Namun Kepala Bagian Humas Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiantan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Elan Biantoro mengatakan, apa yang tercatat di BPS tersebut masih merupakan endapatan kotor.
“Itu masih gross revenue (pendapatan kotor), jadi tidak seluruhnya masuk ke kantong negara,” ujar Elan kemarin Selasa (4/2/2014).
Ia mengungkapkan, dari pendapatan ekspor gas ke luar negeri akan dipotong bagian untuk kontraktor kontrak kerjasama (KKKS), lalu cost recovery, pajak, dan bagian negara.
“Dari pendapatan tersebut harus dipotong net contractor share (bagian dari kontraktor atau perusahaan migas), cost recovery, dan bagian negara, tapi ujung-ujungnya negara dapat hingga 60%,” ujarnya.
Elan menambahkan untuk 1 kargo gas yang diekspor, harganya sangat mahal sekali. “Satu kargo tersebut harganya mencapai US$ 20-30 juta,” tutupnya. (dtc)