BERTUAHPOS.COM — Misi monitoring internasional di Gaza, merupakan hal mendesak untuk dilakukan evaluasi atas situasi kemanusiaan di sana. Rusia merupakan satu-satunya negara, mendesak agar hal itu segera dilakukan.
Rusia yakin, serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 lalu, hanya alasan bagi Israel untuk melancarkan serangan, hingga membunuh belasan ribu jiwa di Gaza (korban meninggal didominasi anak-anak dan wanita). Namun misi sesungguhnya yakni ‘menghukum’ rakyat Palestina. “Kami akan selalu mengutuk serangan itu,” kata Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, dalam wawancara dengan Aljazirah di Doha.
Serangan yang disebut “hukuman kolektif” — dengan penembakan membabi buta terhadap rakyat Palestina, adalah tindakan yang tak bisa diterima dari sisi apapun.
Lavrov menyatakan perlunya “jeda kemanusiaan” di Gaza dengan adanya “semacam monitoring di lapangan.”
Rusia telah berkomunikasi dengan Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, dan mengusulkan penggunaan otoritasnya untuk mempertimbangkan misi monitoring. Meskipun demikian, upaya ini belum membuahkan hasil.
Presiden Rusia, Vladimir Putin, secara konsisten menyuarakan pandangan bahwa AS dan Barat mengabaikan kebutuhan kemerdekaan Palestina sesuai perbatasan tahun 1967.
Putin juga melakukan pembicaraan telepon dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, terkait situasi di Gaza.
Lavrov menegaskan bahwa situasi ini tidak terjadi dalam ruang hampa, merujuk pada blokade selama beberapa dekade dan janji-janji yang tidak terpenuhi terkait negara Palestina.
Meski Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyatakan bahwa serangan Hamas tidak terjadi dalam ruang hampa, Israel menilai pernyataan tersebut sebagai pembenaran terhadap serangan tersebut, suatu tuduhan yang ditolak oleh Guterres.***