BERTUAHPOS.COM, JAKARTA -Deputi Bidang Koordinasi Fiskal dan Moneter Kementerian Koordinator Perekonomian, Bobby Hamzar Rafinus, mengatakan pelemahan kurs rupiah saat ini lebih banyak dipengaruhi sentimen global akibat membaiknya ekonomi Amerika Serikat. Adapun faktor domestik seperti perkembangan politik dianggap terbilang kecil. “Kisruh KPK-Polri saya kira tidak terlalu berpengaruh terhadap rupiah,†ujar Bobby.
Pelemahan ini terlihat dari kurs tengah Bank Indonesia untuk rupiah per Jumat pekan lalu sebesar Rp 12.625 per dolar AS, atau merosot dibandingkan pada awal pekan lalu di kisaran Rp 12.517 per dolar AS. Adapun dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2015, kurs rupiah dipatok di level Rp 12.500 per dolar AS
Bobby menjelaskan, negara adidaya itu mampu menekan jumlah pengangguran, termasuk kebijakan suntikan insentif bagi dunia usaha untuk memacu pertumbuhan dalam negeri. Dampaknya, dolar AS semakin perkasa sementara nilai mata uang lainnya terus merosot. “Euro, Franc Swiss termasuk Yen Jepang juga terdampak padahal mereka cenderung stabil,†ujarnya.
Oleh karena itu, kata Bobby, pemerintah bakal terus memacu pertumbuhan ekspor sambil mengurangi ketergantungan impor, termasuk memperbaiki iklim investasi dan usaha di dalam negeri dengan memberikan kemudahan perizinan satu atap yang telah diresmikan Presiden Joko Widodo akhir pekan lalu.
Upaya intervensi di pasar uang juga dilakukan secara gradual agar tak mengganggu cadangan devisa milik negara. “Kita juga minta agar BI menjaga volatilitasnya jangan terlalu lebar,†kata Bobby.
Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo, mengatakan, potensi penguatan kurs rupiah sebenarnya masih ada. Terlebih saat ini, menurut dia, neraca transaksi berjalan menuju arah yang lebih sehat. Tapi hal ini pula yang akan menjadi tantangan sendiri untuk eksportir di masa mendatang.(Tempo)