Ada istilah perempuan itu seorang bendahara yang baik. Secara spesifik istilah ini bahkan berlaku dalam hal keuangan rumah tangga.
Pada tahun 2020 sampai dengan 2022, OJK menjadikan perempuan sebagai sasaran prioritas dalam arah literasi strategi keuangan.
Berdasarkan data survei nasional literasi dan inklusi keuangan tahun 2022, untuk pertama kalinya indeks literasi keuangan perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki.
“Dalam survei itu disebutkan tingkat literasi perempuan sebesar 50,33 persen dibanding laki-laki 49,05 persen,” dikutip Bertuahpos.com dari laman resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Sabtu, 7 Mei 2023.
Di sisi lain, indeks inklusi keuangan laki-laki lebih tinggi yakni sebesar 86,28 persen, dibanding indeks inklusi keuangan perempuan di angka 83,88 persen.
Padahal di tahun 2019, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak menyatakan bahwa literasi dan inklusi keuangan perempuan masih jauh tertinggal jika dibandingkan laki-laki.
Representative United Nations Indonesia di New York, Arrmanatha C. Nasir mengatakan, berdasarkan data dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah sekitar 70 persen dari total seluruh UMKM di Indonesia dimiliki oleh perempuan dengan berbagai kegiatannya mencakup 60 persen dari PDB Indonesia.
Dia melihat, partisipasi perempuan di sektor finansial dan ekonomi tetap harus dilakukan dengan berbagai upaya jika pemerintah konsen berbicara tentang kemajuan pemberdayaan perempuan di tanah air.
“Kita semua tahu, kalau literasi dan inklusi perempuan di sektor finansial dan ekonomi memiliki dampak berganda atau multiplier,” katanya dalam sebuah diskusi.
“Yang lebih penting adalah, inklusi finansial dan ekonomi bagi perempuan dapat membantu memperkuat tindakan-tindakan untuk mengentaskan kemiskinan, melakukan berbagai upaya lebih efektif dalam menciptakan pendidikan baik, dan juga memastikan kesejahteraan banyak keluarga di Indonesia,” ujarnya.
Literasi dan Inklusi Keuangan Kian Meningkat
Tahun 2022, OJK mencatat indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia sebesar 49,68 persen, atau naik dibanding tahun 2019 yang hanya 38,03 persen.
Sementara indeks inklusi keuangan tahun ini mencapai 85,10 persen meningkat dibanding periode SNLIK sebelumnya di tahun 2019 yaitu 76,19 persen.
Hal tersebut menunjukkan gap antara tingkat literasi dan tingkat inklusi semakin menurun, dari 38,16 persen di tahun 2019 menjadi 35,42 persen di tahun 2022.
Sedangkan dari sisi wilayah, indeks literasi dan inklusi wilayah keuangan perkotaan masing-masing sebesar 50,52 persen dan 86,73 persen, lebih tinggi dibandingkan di wilayah perdesaan yakni sebesar 48,43 persen dan 82,69 persen.
Namun demikian gap indeks literasi keuangan semakin mengecil dari 6,88 persen di tahun 2019 menjadi 2,10 persen di tahun 2022 dan gap indeks inklusi keuangan juga semakin mengecil dari 15,11 persen di tahun 2019 menjadi 4,04 persen di tahun 2022.
Hal ini sejalan dengan strategi pelaksanaan edukasi keuangan yaitu meningkatkan kuantitas pelaksanaan edukasi keuangan di wilayah perdesaan.
Survei ini juga mengukur tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah. Hasil yang diperoleh menunjukkan indeks literasi masyarakat keuangan syariah Indonesia meningkat dari 8,93 persen di tahun 2019 menjadi 9,14 persen di tahun 2022.
Sementara itu, tingkat inklusi keuangan syariah juga menunjukkan peningkatan menjadi 12,12 persen di tahun 2022 dari sebelumnya 9, 10 persen pada periode survei tahun 2019.***