BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Setidaknya saat ini sebanyak 245 anak mengidap penyakit gagal ginjal akut. Sebanyak 80 persen dari kasus ini tersebar DKI Jakarta, Jawa Barat, Aceh, Jawa Timur, Sumatra Barat, Bali, Banten dan Sumatra Utara.
Jumlah provinsi yang melaporkan kasus ini juga bertambah menjadi 26 dari sebelumnya 22 provinsi. Angka kematiannya pun naik dari sebelumnya 133 anak pada Jumat lalu menjadi 141 anak.
Kasus gagal ginjal akut pada anak ini diduga diakibatkan jenis obat sirup yang mengandung Etilen Glikol (E), Dietilen Glikol (DEG) dan Etilen Glikol Butil Eter (EGBE) melebihi ambang batas. Pemerintah kini telah melarang penjualan obat batuk cair untuk mencegah cemaran itu mengontaminasi lebih banyak anak.
Ruslan Tarigan, anggota Komisi III DPRD Kota Pekanbaru menilai Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) kecolongan atau tidak bekerja, padahal BPOM sudah diberikan anggaran oleh negara untuk mengawasi peredaran makanan dan juga obat-obatan di Indonesia.
“Sampai sekarang belum ada yang menyatakan siap yang bertanggungjawab, jangan-jangan obat yang beredar ada juga yang terkena narkoba,” katanya, Rabu 27 Oktober 2022.
Lanjut politisi PDI-P ini, BPOM selaku garda terdepan harus rajin melakukan penelitian obat-obatan, makanan hingga jamu tradisional yang beredar di Indonesia.
“Jangan hanya obat Sirup saja, semua jenis obat sekarang diperiksa. Jangan udah ada kejadian baru mau kerja,” tegasnya.
Terkait dengan kelalaian ini, Ruslan juga meminta pihak kepolisian dan juga kejaksaan untuk turun tangan menyelidiki dan memeriksa BPOM.
Selain itu dia juga mengkritik pemerintah yang doyan melakukan import, sehingga peredaran obat-obatan ini sulit dikendalikan oleh pemerintah sendiri.
“Selamatkan masyarakat Indonesia seperti apa yang diamanatkan oleh undang-undang, jangan apa-apa import,” tutupnya.***[Heri]