BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Soal jebloknya harga tandan buah segar atau TBS kelapa sawit kian menjadi momok menakutkan, terutama bagi masyarakat yang menggantungkan perekonomian keluarga mereka pada kebun sawit.
Sejumlah asosiasi, analis dan pengamat seolah satu suara, bahwa penyebab anjloknya harga sawit disebabkan kebijakan pemerintah yang sok tegas dan arogan tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang, terutama saat diberlakukannya kebijakan DPO, DMO hingga larangan ekspor CPO dan turunannya.
Belum lama ini, juga ramai diberitakan bahwa para pengusaha kelapa sawit di Tanah Air berduyun-duyun memeriksakan kondisi kejiwaan mereka ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) setelah harga sawit turun. Di satu sisi, ini hal yang lucu, namun di sisi lain sangat memprihatinkan, jika berbicara bahwa sawit merupakan salah satu komoditas penyumbang devisa negara terbesar untuk Indonesia.
Pengamat politik Universitas Indonesia Rocky Gerung turut menyentil sikap politik Jokowi terkait hal ini. Rocky mengatakan pergantian Menteri Perdagangan (Mendag) yang kini dipegang oleh Zulkifli Hasan, tampaknya tidak memberikan pengaruh apapun, justru kondisi yang terjadi kian memburuk.
Kat Rocky, Mendag baru justru terkesan membiarkan harga sawit jatuh dan membuat petani sawit dirugikan. Bukan cuma secara ekonomi. “Jadi hal pembiaran ini sebetulnya menyakitkan. Kenapa? Karena kalau misalnya harganya jatuh lalu petaninya merasa dirugikan, itu bukan sekedar dirugikan secara ekonomi,” ujar Rocky Gerung di kanal YouTube-nya dikutip Jumat, 15 Juli 2022.
“Mengapa dirugikan tidak hanya secara ekonomi? Karena kalau kerugian hanya secara ekonomi, para petani sawit mungkin bisa berganti profesi,” terangnya.
Sebelumnya, Sekjen Apkasindo Riau Djono Albar Burhan membenarkan bahwa harga tandan buah segar atau TBS kelapa sawit petani saat ini, memang benar berada di bawah harga Rp1.000 per kilogram. Semakin ke sini penurunan harga TBS kelapa sawit masyarakat semakin turun.
“Terkait harga tandan buah segar sawit tingkat petani itu betul bahwa saat ini sudah di bawah Rp1.000 per kg. Kalau di pabrik saat ini sekitar Rp1.200 sampai Rp1.300, tapi petani menjual sawitnya ke agen dan itu di rentang Rp800 seperti di Indragiri Hilir, dan Rp900 di Siak,” ujarnya.
Menurutnya, petani sawit lah yang kini merasakan kesedihan mendalam karena buah sawit yang mereka panen dari kebun tak lagi laku dengan harga tinggi. “Luka dan kesedihan yang dirasakan petani semakin dalam,” jelasnya.
Dia mengungkapkan, kondisi seperti ini terjadi tak lain akibat kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah sendiri—terkait kebijakan ekspor CPO. “Beban pengusaha semakin besar untuk menjual sawit ke luar negeri. Namun beban itu malah dilimpahkan kepada petani. Sehingga berdampak terhadap turunnya TBS,” jelasnya.
“Karena itu kami berharap aturan yang memberatkan terkait ekspor sawit ini dapat dicabut, sehingga harga TBS petani bisa kembali pulih seperti sebelumnya,” ujarnya.***