BERTUAHPOS.COM — Negara-negara di Eropa paling vocal jika berbicara soal pengurangan emisi karbon. Itulah alasan mengapa mereka lebih dulu meninggalkan batubara sebagai sumber energi. Bak menelan ludah sendiri, kini Eropa memilih kembali menggunakan bahan bakar batu bara untuk menjaga agar pembangit listrik mereka tetap menyala.
Langkah ini diambil setelah Eropa kehilangan pasokan gas mereka dari Rusia—sebagai sanksi balik yang diberlakukan Rusia atas sanksi-sanksi yang sebelumnya dijatuhkan ke Rusia, dampak dari invasi Ukraina. Terakhir, Belanda bergabung dengan Jerman dan Austria dalam beralih ke tenaga batubara pada Senin, 21 Juni 2022, menyusul krisis energi yang mereka hadapi.
Belanda terpaksa akan mencabut semua pembatasan pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar fosil, yang sebelumnya dibatasi hanya sepertiga dari output. Berlin dan Wina membuat pengumuman serupa pada hari Minggu ketika Moskow, yang menghadapi sanksi keras Barat karena menginvasi Ukraina, memotong pasokan gas ke Eropa yang kekurangan energi.
“Kabinet telah memutuskan untuk segera mencabut pembatasan produksi pembangkit listrik tenaga batu bara dari tahun 2002 hingga 2024,” kata menteri iklim dan energi Belanda Rob Jetten kepada wartawan di Den Haag seperti dikutip dari AFP.
Tapi, Jerman masih ingin untuk menutup pembangkit listrik tenaga batubara pada tahun 2030, mengingat emisi CO2 yang mengubah iklim lebih besar dari bahan bakar fosil, demikian kata juru bicara kementerian ekonomi Stephan Gabriel Haufe pada konferensi pers reguler. Target itu “lebih penting dari sebelumnya”, tambahnya.
Invasi Rusia ke tetangganya yang pro-Barat telah membuat harga energi global melonjak dan meningkatkan prospek kekurangan jika pasokan harus diputus. Raksasa energi Rusia Gazprom telah menghentikan pengiriman ke sejumlah negara Eropa, termasuk Polandia, Bulgaria, Finlandia, dan Belanda.
Ketergantungan Jerman pada impor energi Rusia telah membuatnya sangat rentan karena Moskow mencari pengaruh terhadap Barat. Belanda kurang bergantung pada Rusia untuk sekitar 15% dari pasokan gas mereka dibandingkan dengan rata-rata UE 40%. Tapi mereka masih tetap khawatir.
“Saya ingin menekankan bahwa saat ini tidak ada kekurangan gas akut,” kata Menteri Belanda Jetten. “Namun, lebih banyak negara sekarang diperas (oleh Rusia). Itu membuat kami khawatir.”
Pemerintah Belanda dalam waktu dekat akan membuat semacam imbauan yang sifatnya mendesak kepada perusahaan dan bisnis, agar mereka mulai membiasahan berhemat energi sebanyak mungkin, “Terutama menjelang musim dingin.”
***