BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Jika kita menyebut kalau Kota Pekanbaru bakal menjadi bagian dari kota macet di Indonesia, itu mungkin saja terjadi 10-15 tahun ke depan. Prediksi ini sangat mungkin terjadi jika volume kendaraan yang melintas, tidak didukung dengan infrastruktur jalan yang memadai.
Hadirnya Jalan Jenderal Sudirman misalnya, yang kini menjadi jalur utama paling dominan, di bangun pada masa Gubernur Riau Arifin Achmad, telah memperkirakan kondisi ibu kota Provinsi Riau seperti sekarang ini.
Hadirnya dia jembatan layang di jalur itu pada tahun 2012 menjawab bahwa kemampuan Jalan Jenderal Sudirman sudah tak lagi mampu menampung volume kendaraan yang melintas. Termasuk di Jalan Soekarno Hatta, dan kini Jalan HR Subrantas perlu kiranya dipikirkan pemerintah dalam hal dukungan infrastruktur.
Jenis-jenis Kemacetan Menurut Teori
Merujuk pada teori setidaknya ada tipe kemacetan yang terjadi di jalan raya. Yaitu recurent congestion, non-recurrent congestion dan pre-congestion atau border line congestion.
Recurrent congestion adalah kemacetan yang terjadi secara berulang dan terus menerus, misalnya pada periode pagi pada saat pergi kerja dan sore pada pulang kerja.
Sedangkan tipe non-recurrent congestion adalah kemacetan yang terjadi karena adanya suatu insiden misalnya kecelakaan lalu lintas.
Selanjutnya untuk tipe pre-congestion atau borderline congestion adalah tipe kemacetan yang terjadi ketika kecepatan aktual kendaraan berada di bawah kecepatan arus bebas yang mengakibatkan kerugian bagi pengguna jalan berupa pemborosan konsumsi bahan bakar, waktu yang terbuang, pencemaran lingkungan (Sugiyanto, 2011)
Di Kota Pekanbaru, tipe-tipe kemacetan ini sudah dapat kita lihat. Terutama untuk tipe kemacetan recurrent congestion dan non-recurrent congestion.
Sedangkan untuk tipe borderline congestion, mungkin hanya terjadi di beberapa titik, terutama di Jalan Tuanku Tambusai, Soekarno Hatta dan Jalan HR Subrantas, yang mana laju kendaraan seringkali terhambat oleh adanya Pak Ogah di U-turn atau kendaraan yang parkir di pinggir jalan sehingga membuat laju kendaraan menjadi berkurang.
Pekanbaru Berpotensi Menjadi Kota Macet
Pemerhati otomotif di Riau Exwil Fainal mengungkapkan meningkatnya jumlah volume kendaraan di jalan raja sejalan dengan tingginya tingkat penjualan kendaraan (terutama kendaraan roda empat) di Riau, khususnya di Pekanbaru.
Dalam kondisi normal, per hari rata-rata ada dua juta kendaraan yang melintas di jalan raya. Menurut data dari Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau, realisasi penerimaan daerah dari Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) hingga akhir Agustus 2021 tercatat penerimaan sudah mencapai 61,13%.
Kepala Badan Pendapatan Daerah Riau Herman mengatakan salah satu pendorong tingginya penerimaan dari BBNKB ini karena ditopang naiknya penjualan mobil baru, yang mendapatkan insentif fiskal berupa penurunan tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah Ditanggung Pemerintah (PPnBM DTP) untuk kendaraan bermotor roda empat.
“Kalau dilihat realisasi penerimaan dari BBNKB cukup tinggi sudah mencapai 61,13%. Angka ini lebih tinggi dari realisasi penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor yang mencapai Rp744 miliar atau 58,27%,” ujarnya.
Adapun tahun ini pihaknya memperkirakan akan ada sebanyak 24.000 unit kendaraan baru yang melakukan penyetoran BBNKB. “Memang rata-rata konsumsi masyarakat terhadap kendaraan cenderung di daerah.
Artinya orang daerah ke Pekanbaru pasti menggunakan kendaraan pribadi. Maka jangan heran di waktu-waktu tertentu titik kemacetan di Pekanbaru jadi meningkat,” kata Exwil kepada Bertuahpos.com, Minggu, 28 November 2021.
Dengan kondisi seperti ini, jika tingkat volume kendaraan tidak dibarengi dengan dukungan infrastruktur yang memadai, sangat mungkin Pekanbaru akan menjadi salah satu kota macet di Indonesia.
Jika masalah kemacetan sudah melanda, maka akan muncul masalah-masalah baru lainnya. Seperti polusi, yang berdampak terhadap minimnya ruang sehat, hingga masalah psikologis individual masyarakat.
Psikolog Klinis dari Universitas Indonesia Dessy Ilsanty mengatakan masyarakat urban usia produktif yang biasa membawa kendaraan pribadi dan terjebak macet akan mudah stress.
“Dia akan memiliki tekanan dari lingkungan misalnya harus berada di suatu tempat pada waktu yang ditentukan,” kata Dessy seperti dikutip dari GridOto.com.
Apakah kecemasan akan Pekanbaru akan menjadi kota macet, tergantung dari arah pembangunan pemerintah ke depan. (bpc2)