BERTUAHPOS.COM, INHIL – Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), sejak awal terus menyerukan dan mengajak masyarakat untuk bersalawat saat memulai kegiatan. Diharapkan dengan salawat dapat memberi keberkahan bagi daerah.
Hal ini disampaikan Bunda PAUD Kabupaten Inhil, Hj Zulaikhah Wardan SSos ME saat mengawali sambutannya pada acara Pelatihan Penetapan Kurikulum Muatan Lokal (Mulok) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan Nonformal di Aula Hotel Harmoni Tembilahan, Selasa (6/7/2021).
“Mari kita rajin bersalawat, semoga keberkahan itu bukan hanya untuk yang membaca, tapi juga untuk daerah. Apalagi saat ini kita masih dalam kondisi pandemi, banyak korban meninggal. Mudah-mudahan tidak sampai di sini, di mana jenazah yang mau dikebumikan antri karena petugas kelelahan. Jadi dengan bersalawat mudah-mudahan pandemi ini segera berakhir,” tutur Zulaikhah.
Pelatihan ini diikuti oleh 40 orang Pengelola dan Pendidik PAUD, yang diisi oleh Narasumber dari BP PAUD Provinsi Riau Dra Army Suria Juliastuti MPd, dihadiri Kepala Dinas Pendidikan Dr HM Irwan MM MSi, Koordinator Pengawas (Korwas), Kepala-kepala Bidang dan Kepala-kepala Seksi di Dinas Pendidikan.
Sebagaimana diketahui, jumlah PAUD di Kabupaten Inhil mencapai 464 lembaga, namun tidak semua Pengelola dan Pendidik mengikuti pelatihan ini.
“Dari 464 lembaga hanya 40 orang yang berkesempatan menjadi peserta, jadi bersyukur Bapak/ Ibu yang bisa mengikuti hari ini. Muatan lokal tentu kita sesuaikan dengan kondisi alam kita dan bahan baku yang ada di sekita kita. Kita tidak bisa berpedoman pada daerah lain. Diharapkan pelatihan ini benar-benar dapat diwujudkan sebagai bentuk kurikulum Muatan Lokal yang akan menjadi pedoman bagi seluruh pengelola dan pendidik,” papar Ibunda Kabupaten Inhil ini.
Inhil terkenal sebagai Kabupaten Hamparan Kelapa Dunia, kelapa memiliki banyak turunan. Zulaikhah menyarankan agar Guru PAUD dapat mengelola turunan kelapa menjadi bahan ajar untuk Mulok PAUD.
“Saya pernah meninjau pusat kerajinan sabut kelapa yang ada di Pekanbaru, depan waterboom Labersa. Dari bahan sabut mereka membuat sapu, spon cuci piring, tali, pot bunga. Sabut segenggam seharga 2 buah kelapa. Kita harus punya kreativitas agar yang tidak bernilai, menjadi bernilai ekonomis,” tegasnya.
Selain itu, menurut wanita yang selalu tampil anggun bersahaja ini, kelapa juga dapar dikreasikan menjadi bahan makanan yang memiliki nilai gizi tambahan bagi anak usia dini.
“Sudah menjadi program pemerintah pusat dan daerah masalah penanganan stunting. Stunting terjadi pada anak balita, terutama 1000 hari pertama kehidupan, maka perhatikan gizinya. Perawatan, perlindungan, pengasuhan anak usia dini termasuk gizi. Bagaimana dia bisa menerima pengajaran kalau kurang gizi, maka dibentuklah PAUD HI. Oleh karena itu kurikulum kita harus mengarah ke sana, agar PAUD kita berkualitas,” urai Zulaikhah.
Sejalan dengan hal tersebut, Bupati telah menerbitkan SK dalam menetapkan PAUD HI di Kabupaten Inhil. Layanan PAUD HI ini diharapkan bisa terintegrasi dengan OPD terkait. Berbagai lintas sektor diharapkan untuk bersinergi memperhatikan layanan anak usia dini.
“Karena layanan lain ini penting agar sejalan kita dapat membentuk anak yang ceria, cerdas, kreatif, dan berakhlak mulia. Yang perlu diingat TK adalah bagian dari PAUD, TK formalnya, PAUD nonformal. Kalau bisa bersinergi juga dengan Kemenag, RA juga harus dikembangkan karena itu mendidik anak usia dini,” harapnya.
Pendididik PAUD dianjurkan dapat menciptakan menu/ asupan/ kudapan yang sesuai dengan anak usia dini berdasarkan bahan baku di Inhil. Seperti sagu yang dapat diolah menjadi sempolet karena sempolet dicampur dengan sayur dan seafood, kelapa, jagung yang dapat diolah menjadi berobok (bubur jagung campur sayur dan seafood).
“Dengan adanya pelatihan penyusunan kurikulum Muatan Lokal dengan memanfaatkan bahan baku lokal diharapkn dapat menambah kesejahteraan masyarakat di Indragiri Hilir,” pungkasnya. (Advertorial)