BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Petani madu di Dusun Sukajaya, Kecamatan Tualang, Siak, kini sudah bisa bernafas lega. Jika sebelumnya mereka harus berpindah – pindah tempat agar lebah mereka memproduksi madu, kini para petani madu ini sudah menetap di sebuah kawasan hutan akasia milik salah satu perusahaan HTI di Riau.
Konsepnya pola kemitraan, petani madu membutuhkan bunga akasia sebagai nekhtar, dan perusahaan membutuhkan lebah untuk penyerbukan bunga akasia untuk memenuhi ketersediaan bibit.
“Lebih senang menetap seperti ini. Dulu kami berpindah – pindah,” kata Dwi Lediansyah Sembiring, petani madu saat berbincang dengan Bertuahpos.com, Senin, 23 Agustus 2021.
Menariknya, petani bisa panen madu 2 minggu sekali, sama seperti panen buah sawit. Sebab lebah yang memprodukdi madu adalah jenis Apis Mellifera atau lebah ternak. Lebah ini tergolong mudah dalam hal budidaya.
“Hanya saja memang perlu perlakukan khusus terutama untuk menjaga kesejahteraan lebar agar tidak stres, karena akan sangat berdampak terhadap produksi madu,” kata Pendamping Petani Madu di Dusun Sukajaya, Tualang, Maal Abrar.
Apis meliffera termasuk lebah madu unggul. Bahkan budidaya lebah madu jenis ini sangat diminati oleh petani madu di dunia.
Lebah Apis mellifera terbagi ke dalam 24 subspesies. Berdasarkan analisis morfometrik dan wilayah persebarannya, berbagai subspesies A. mellifera tersebut dikelompokkan menjadi empat kelompok garis keturunan (lineage) yakni; kelompok A (Afrika), M (Eropa Utara dan Barat), C (Eropa Selatan), dan O (Timur Tengah).
Selain menghasilkan madu yang melimpah, lebah jenis ini juga sangat jinak (maksudnya tidak mudah menyerang/menyengat) dan relatif mudah pemeliharaannya.
Lebah madu ini kini sangat mudah ditemukan di Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Djogdjakarta, dan Papua. Madu yang dihasilkan dari jenis lebah ini sebenarnya bisa mencapai 60 kg/koloni/th, dengan catatan bahwa tanaman pakan lebah memadai dan manajemen koloninya dilakukan secara benar.
Dwi menuturkan, secara produksi hasil yang mereka dapat dengan budidaya lebah madu ini sangat memuaskan. Terutama dalam hal membantu perekonomian keluarga. Hanya saja, para petani seperti Dwi, sangat terkendala pada pemasaran. “Kami harap pemerintah bisa bantu untuk pemasarannya,” tuturnya.
Maal Abrar mengungkapkan pada 4 bulan yang lalu terjadi peningkatan jumlah produksi petani madu di desa ini. Bahkan hampir setiap rumah para petani menumpuk madu, karena memang yang mereka hadapi saat ini, yakni masalah pemasaran.
“Setelah kami lihat, memang antara petani dan pemerintah daerah masih jalan masing – masing. Nah, ini yang sekarang mau kita sandingkan,” tutur Maal. (bpc2)