BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Media cetak masih dianggap sebagai ‘guru jurnalisme’ di tengah berkembangnya media elektronik. Namun demikian secara umumnya, prinsip – prinsip jurnalis tetap tidak berubah.
Menurut Ahmad Djauhar dari Dewan Pers yang juga sebagai kurator FJPP 2021, kekuatan media ada pada gaya penulisan yang seharusnya mengedepankan naratif, terutama untuk media cetak di tengah persaingan media online.
“Dengan kurangnya tulisan naratif akan menghilangkan roh dari media itu sendiri,” tuturnya dalam Pelatihan Jurnalis media online yang diselenggarakan oleh FJPP secara virtual, Kamis, 19 Agustus 2021.
Kurangnya tulisan – tulisan yang bersifat naratif, menjadi kelemahan media cetak saat ini. Bahkan, kata dia, wartawan cenderung hanya memindahkan ungkapan narasumber.
Jurnalis bukan profesi tukang ketik melainkan pekerjaan intelektual. Oleh sebab itu, jurnalis harus punya kemampuan untuk menciptakan bahasa sendiri dengan memaparkan fakta – fakta di lapangan.
“Mulailah tradisi setiap produk berita itu adalah produk byline. Bahkan jika perlu mencantumkan emailnya. Sebab jurnalisme itu transparan. Byline adalah bentuk pertanggung jawaban, dan buatlah wartawan lebih bertanggung jawab atas apa yang ditulisnya,” tuturnya.
Dia menambahkan, pada umumnya artikel yang ditulis dalam media saat ini sangat menjemukan, lantaran tulisan – tulisan yang disuguhkan minim hanya kutipan dan minim narasi.
“Sedapat mungkin wartawan bisa menuliskan bahasanya sendiri dalam beritanya. Supaya ada kerinduan pembaca untuk membaca tulisan – tulisan naratif,” jelasnya. (bpc2)