BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Dia adalah Kopral Kees. Buku harian Kopral Kees bertahun 1949 menuliskan betapa kekejaman perang sangat mengguncang jiwa sang serdadu Belanda.
Dalam bukunya, Kees menuliskan puncak keterguncangan jiwanya saat melihat 2 gadis cilik tengah memeluk tubuh kaku sang ibu yang bersimbah darah di sebuah parit.
“Disitu juga ada gadis kecil lainnya, adik mereka. Anak dan ibu terbunuh oleh peluru yang sama,” kenang Kees, dikutip dari historia.id, Minggu 6 Januari 2018.
Menyaksikan peristiwa itu, Kees mengaku selalu terbayang setiap harinya. Trauma pasca perang inilah yang dibawa hingga hari tuanya.
Lain lagi kisah Piet Hidskes. Trauma dan penyesalan karena pernah menjadi prajurit komando di Sulawesi Selatan tak pernah hilang. Bahkan, dirumahnya, meski bersama keluarga, kata ‘Indonesia’ tak pernah dibahas.
“Ayah saya trauma, tapi masih lebih baik karena bisa melanjutkan hidupnya. Salah satu teman ayah saya yang sesama prajurit komando di Sulawesi Selatan bahkan menjadi gila karena tak sanggup menghadapi trauma itu,” cerita anak Piet Hidskes, Marteen Hidskes.
Kisah veteran perang yang mengalami trauma sangat banyak ditemukan di Belanda. Bahkan, beberapa diantaranya diangkat dalam sebuah film. (bpc4)