BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Banyak murid-murid HOS Tjokroaminoto adalah tokoh-tokoh pemikir dan gerakan di republik ini.
Murid-murid Tjokroaminoto ini tinggal di rumahnya, Gang Peneleh VII Nomor 29-31, tepi Kali Mas, Surabaya.
Para murid ini tinggal dan tumbuh bersama, berdiskusi baik sesama mereka maupun dengan Tjokroaminoto.
Dari buku HOS Tjokroaminoto yang ditulis Anom Whani Wicaksana, dari sekian banyak murid Tjokroaminoto, beberapa menjadi pejuang dan pemikir besar. Sebut saja Soekarno, Musso, Semaoen, dan HAMKA.
Uniknya, dan juga mungkin tragis, murid-murid Tjokroaminoto memiliki pandangan politik dan ideologi yang saling bertolak belakang.
Soekarno, misalnya, menganut ideologi nasionalisme, mampu menyeimbangkan haluan kiri dan kanan. Soekarno tumbuh dan menyerap banyak pemikiran dan ideologi. Namun, dia mampu menyeimbangkannya.
Tapi, beberapa murid lain, sebut saja Semaoen dan Kartosuwiryo. Semaoen tumbuh dengan berideologikan kiri dan merupakan pendiri Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1920, dan menjadi Ketua Umum di partai tersebut.
Sementara, Kartosuwiryo (atau Kartosoewirjo) tumbuh dengan ideologi Islam. Akibatnya, saat masa perjuangan, dia sering berseberangan dengan tokoh nasionalis yang dianggap terlalu lunak kepada Belanda.
Dua murid Tjokroaminoto ini, Semaoen dan Kartosuwiryo, berakhir tragis. Semaoen tewas saat pemberontak PKI di Madiun, dan Kartosuwiryo berakhir di tangan regu ekseksusi, dimana surat eksekusi itu ditandatangani Soekarno. (bpc4)