BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Para petani di Jamaika mengeluhkan hasil panen ganja yang tidak maksimal akibat cuaca buruk. Ladang mariyuana dihantam badai dan hujan lebat pada tahun lalu, kemudian dilanda kekeringan hebat membuat para petani jadi rugi hingga ribuan dolar AS.
Faktor lainnya, minat para petani yang serius menggarap perkebunan ganja kian menurun. “Segalanya hancur,” kata Daneyel Bozra, salah satu petani yang menanam mariyuana di kawasan barat daya Jamaika.
Sementara itu, kebijakan pemerintah yang memberlakukan jam malam, menurut petani, juga sangat berdampak pada turunnya produksi ganja di Jamaika. Mulai pukul 18.00 waktu setempat, warga dilarang keluar rumah untuk menekan kasus Covid-19.
Para petani ganja di sana tak bisa datang ke ladang pada malam hari untuk menyiram tanaman ganja mereka di kebun. Padahal sebelumnya, menyiram kebun ganja pada malam hari merupakan rutinitas para petani.
Tristan Thompson dari Tocaya, perusahaan konsultan dan pialang untuk kanabis legal mengatakan tahun lalu merupakan masa terburuk bagi petani ganja di Jamaika yang diakibatkan badai terus menurus datang menerpa ladang ganja mereka.
“Secara budaya, ini memalukan,” katanya seperti dilansir dari Sky News. “Kami tidak pernah mengalami kerugian seperti ini. Kekurangan mariyuana adalah sesuatu yang bisa ditertawakan,” candanya.
Jamaika, yang sering diasosiakan dengan musik reggae maupun ganja, mengizinkan mariyuana untuk keperluan medis. Selain itu sejak 2015, pemerintah setempat memutuskan mendekriminalisasi jika ada yang mempunyai mariyuana dalam jumlah kecil.
Jika ada yang tertangkap membawa mariyuana sebanyak 56 gram atau kurang, mereka hanya didenda tanpa perlu berurusan dengan hukum. Badan Lisensi Ganja, regulator mulai dari pemrosesan sampai transportasi mariyuana, membantah telah terjadi kelangkaan. (bpc2)