BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Badan Pengawasan Obat dan Makanan [BPOM] RI menegaskan hingga ini belum ada pengumuman mengenai tingkat keampuhan [efikasi] terkait Vaksin Sinovac yang dibeli pemerintah Indonesia dari China awal Desember 2020 lalu.
Media massa yang berbasis di Qatar, Al Jazeera, pada 24 November lalu merilis informasi yang menampilkan sebuah tabel soal perbandingan efikasi 10 merek vaksin.
Vaksin tersebut adalah produksi dari AstraZeneca-Oxford, CanSino, Gamaleya Research Institute, INOVIO, Johnson & Johnson, Moderna, Pfizer-BioNTech, Sinopharm, dan Sinovac.
Dalam informasi itu, Al Jazeera memaparkan vaksin yang paling tinggi menimbulkan respons imun adalah produsen vaksin Pfizer yang tingkat efikasinya disebutkan mencapai 95 persen.
Disusul Moderna-NIAID dengan efikasi 94,5 persen. Kemudian, Sinovac disebutkan menjadi merek vaksin yang memiliki efikasi rendah, meski tanpa dicantumkan persentase efikasinya.
Belakangan, Sinovac juga menuai kritik di sejumlah negara yang memesannya. Kritik tersebut datang dari Brasil, Filipina, dan Kamboja. Di Indonesia, uji klinis Vaksin Sinovac bekerja sama dengan Bio Farma dan Universitas Padjajaran baru tuntas pada Mei 2021 dan laporan awal pada Januari 2021.
BPOM lalu membantah bahwa vaksin asal perusahaan China, Sinovac, memiliki efikasi atau kadar keampuhan paling rendah dan khusus hanya dipesan Indonesia.
“Sejauh ini belum ada pengumuman tingkat efikasi vaksin Sinovac, baik dari pihak produsen maupun badan pengawas obat di negara lain yang masih melakukan uji klinis tahap ketiga terhadap vaksin itu,” kata Juru Bicara Vaksinasi dari BPOM Lucia Rizka Andalusia dalam keterangan tertulisnya.
Dia mengatakan, sampai kini juga tak ada dokumen dan informasi resmi dari WHO [Badan Kesehatan Dunia] yang membandingkan respons imunitas 10 kandidat vaksin, atau pernyataan bahwa vaksin Sinovac rendah sebagaimana ditampilkan dalam pemberitaan.
“Kami bahkan sudah konfirmasi kepada pihak WHO di Indonesia,” katanya.
BPOM juga mengklarifikasi bahwa “hanya Indonesia yang memesan Vaksin Sinovac,” adalah informasi yang keliru.
Sebab, selain Tanah Air, ada beberapa negara lain di dunia yang menaruh kepercayaan pada Vaksin Sinovac untuk menangkal penyebaran virus corona [Covid-19].
Diantaranya Brazil, Turki, Chile, Singapura, dan Filipina. “Bahkan Mesir juga sedang bernegosiasi untuk bisa memproduksi vaksin Sinovac di Mesir,” tuturnya.
Perihal tahapan perkembangan izin darurat atau emergency use authorization (EUA) Sinovac, Lucia pun kembali menegaskan aspek keamanan, khasiat dan mutu vaksin harus tetap dipenuhi berdasarkan data-data dukung yang memadai.
Selanjutnya, setelah EUA diberikan pengamatan diteruskan untuk pengamatan efek samping dan efikasi jangka panjang.
BPOM, juga telah berkomitmen untuk bekerja ekstra dalam melakukan proses evaluasi sehingga program vaksinasi covid-19 di Indonesia dapat segera terlaksana dengan lancar.
“Salah satu upaya percepatan untuk bisa keluar dari pandemi Covid-19 adalah dengan vaksinasi yang perlu dijalankan bersama dengan disiplin 3M,” pungkas Lucia. (bpc2)