BERTUAHPOS.COM, SOLOK — Sikap tidak sportif masih saja ditunjukkan oleh para pendukung pasangan calon (Paslon) dan Pilkada di Sumatera Barat. Karena beda pilihan menentukan pasangan Paslon, tiga kepala keluarga dipaksa ‘angkat kaki’ alias diusir dari rumah kontrakan.
Faktanya, begitulah kondisi yang terjadi di Kandang Aur, Kelurahan Simpang Rumbio, Kecamatan Lubuk Sikarah, Kota Solok, Sumatera Barat, Sabtu 6 Desember 2020.
Tidak tanggung-tanggung tekanan terhadap ketiga keluarga tersebut hanya diberi waktu dua hari untuk hengkang dari kontrakan, jika tidak rumah tersebut akan dibongkar oleh si pemilik tanah.
“Kami didatangi pemilik bangunan rumah. Dia mengatakan kalau kami tidak pindah dalam dua hari bangunan akan dibongkar oleh si pemilik tanah,” kata Misriyanto, korban yang diusir dari rumah kontrakannya karena berbeda pilihan Paslon.
“Alasannya hanya karena beda pilihan (mendukung Paslon). Saya korban politik, hanya karena perbedaan pilihan saja.”
Dijelaskannya, selain dia, ada dua keluarga yang juga tetangganya ikut diusir karena sama-sama memilih Paslon yang sama.
“Ada tawaran dari si pemilik kontrakan, kalau saya memilih Paslon yang sesuai dengannya (pemilik tanah), Inshaallah kami tidak diusir, ” Lanjutnya.
”Karena kami berbeda, dari 3 keluarga ini ada yang koordinator relawan, tim relawan paslon. Padahal jatuh tempo kami membayar masih lama. Tetangga saya yang satu lagi aman, tidak diusir karena KTP nya Kabupaten, jadi aman dia,” ucapnya.
Dia sudah tiga tahun tinggal di rumah tersebut, tapi tidak ada masalah dengan pemilik tanah. Bahkan ia tidak kenal karena selama ini hanya berurusan dengan si pemilik bangunan dalam menyewa rumah.
“Pemilik tanah dan pemilik bangunan ini kan berbeda. Jadi pemilik bangunan ini menyewa tanah dan membangun rumah kontrakan. Jadi kami sewa rumah ke pemilik bangunan,” katanya.
Ia menyampaikan, informasi yang ia dapat ada kasus yang sama juga terjadi Kota Solok di lokasi yang berbeda. Namun, tidak ada yang berani bertindak.
“Kabarnya bukan di sini saja, ada di tempat lain, tapi orang tidak berani melawan. Berani melawan hanya di sini. Saya memang ngontrak tapi tak ingin dijajah. Kami bebas menentukan pilihan sesuai dengan perintah undang-undangnya berhak memilih dan dipilih sebagai kebebasan berdemokrasi,” tegasnya
Pengontrak mengatakan, kalau dari semula ada hubungan komunikasi yang baik memintanya untuk pindah, kami pun ikhlas akan mencari tempat kontrakan lain.
Misriyanto mengaku saat ini sudah mendapat bantuan rumah kontrakan lain termasuk untuk dua tetangga.
“Kami sangat bersyukur sekali ada yang membantu mencarikan rumah kontrakan yang lain, meski tidak lagi berdekatan atau tetanggaan lagi karena rumah kontrakkan yang kami dapat itu berbeda-beda lokasi. Yang penting ada rumah, dikarenakan mayoritas pekerjaan kami di sini hanya pedagang, ada juga yang serabutan,” ujarnya
Ketua RT Yurizal membenarkan, ada tiga keluarga yang pindah dari rumah di wilayahnya Namun, zal tidak mengetahui secara detil sebab ketiga keluarga itu pindah. (bpc19)