BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Dosen Universitas Pahlawan Kampar Dr Musnar Daulany,memperkirakan, seandainya ada lembaga yang men-survei random pemuda seluruh Indonesia, menurut perkiraan Dr Musnar Daulay, dari 10 responden hanya delapan yang tahu tentang Sumpah Pemuda.
Delapan orang yang tahu Sumpah Pemuda, tak akan lebih dari 5 orang hafal isi teksnya. Jumlah orang yang mengamalkan isi Sumpah Pemuda akan lebih kecil lagi. Asumsinya tak semua orang yang tahu dan hafal, juga mengamalkan isinya.
Pengamalan itulah yang akhir-akhir ini disorot Daulay, terkait dengan demonstrasi dan sikap pemerintah. Padahal, Sumpah Pemuda menjadi salah satu alat pemersatu bangsa. Dengan Sumpah Pemuda, harusnya pemuda melupakan segala hal berbau golongan, kelompok, kedaerahan, kesukuan, dan fokus pada kepentingan bangsa. Untuk membela dan membebaskan tanah air dari belenggu kolonialisme.
Di antara alat pemersatu yang paling sederhana soal bahasa. Penggunaan bahasa asing menjadi hal lumrah bahkan mengarah ke “sunah” sebagai bahasa pergaulan di kalangan pemuda.
“Pemuda lebih familiar dengan istilah download, apload, atau link dibandingkan dengan istilah unduh, unggah, atau tautan. Padahal kata itu asli Indonesia dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)”, tambahnya.
Kedua kata Daulay, bagi kebanyakan orang Indonesis merk asing dianggap lebih bagus, keren, dan bergengsi dibandingkan produk dalam negeri. “Orang kita sering minder berhadapan dengan “bule”. Seringkali orang asing selalu dianggap lebih pintar, dibandingkan pribumi, hingga akhirnya orang-orang asing dipekerjakan dan digaji tinggi di sini,” lanjutnya.
“Kita sedang berada dalam masa generasi muda zaman now. Sedang berkutat susahnya memenuhi kebutuhan perut dan rasa frustasi. Coba sodorkan pada mereka propaganda identitas sebagai basis perjuangan meraih ide dan cita-cita, syukur bila tidak ditertawai, biasanya mereka hanya melengos. Padahal, ditangan mereka kelak bangsa ini bisa membedakan mana identitas dan mana entitas,” ungkapnya. (bpc5)