BERTUAHPOS.COM – Perempuan selalu menyimpan kisah dan mimpi. Dewasa ini, antara pria dan wanita hanya kondrat yang membedakan mereka. Negara telah memberikan hak-hak sebanding sejak kampanye kesetaraan gender teriakkan.
Istilah yang mengidentikkan wanita dengan “Kasur, sumur dan dapur” telah terpatahkan dengan kiprah perempuan yang kini dilibatkan dalam segala bidang. Buktinya mereka mampu. Mereka membuktikan bahwa segala persepsi yang cenderung mendiskriminasi kaum hawa tak ubah hanya sebatas mitos belaka.
Demikian pula halnya dengan Srikandi yang telah meniti karir di Grup APRIL. Mereka berhasil membuktikan bahwa kecerdasan dan ketangkasan yang dimiliki memberikan sumbangsih besar terhadap kemajuan perusahaan. Dan yang paling penting adalah, para wanita ini bangga dengan apa yang telah mereka lakukan.
“Saya senang menjadi bagian dari perusahaan yang menyadari pentingnya menerapkan prinsip keberlanjutan, dan kami membuat kontribusi nyata untuk memajukan pembangunan berkelanjutan di Indonesia,” kata Natasha Gabriella, seorang Sustainability Professional di salah satu perusahaan Grup APRIL.
Saat dibangku kuliah, dia mengambil jurusan teknik lingkungan dan ekologi industri dari situ dia tahu bahwa dirinya sangat ingin berkontribusi untuk memperbaiki kualitas lingkungan dan ekonomi sosial.
“Saya menangani hubungan keterlibatan stakeholder dan komunikasi keberlanjutan,yang mencakup komunikasi eksternal seperti laporan keberlanjutan kami,” sambungnya.
Menurut Natasha, ada banyak pemimpin perempuan yang sangat serius menerapkan sustainability, termasuk sustainability director ditempatnya bekerja yang juga dipimpin oleh seorang perempuan. “Saya harap suatu hari nanti saya dapat menjadi salah satu di antara mereka.”
Rasa bangga yang tak terkira juga dirasakan oleh Sylsilia Trinova, seorang Community Development Worker di perusahaan ini. Dalam setiap menekuni pekerjaannya, rasa bangga dan terharu selalu menghampiri. Baginya, hal itu bisa dia peroleh dengan bidang pekerjaan yang ditekuni saat ini.
“Ketika kamu dibayar untuk membantu orang banyak, apa yang kamu rasakan? Bangga dan terharu? Iya, itulah yang kerap kali saya rasakan selama empat tahun terakhir menjadi bagian dari departemen Community Development,” sebutnya.
Setelah lulus kuliah, Sylsilia menyadari jiwanya ada dalam bidang pemberdayaan masyarakat. Mendengar keluhan masyarakat dan memutar otak untuk memberikan solusi serta mendampingi perkembangan mereka. Hal itulah yang memberikan kepuasaan yang tak ternilai bagi saya.
“Maka, ketika atasan saya berpendapat bahwa saya berpotensi menjadi the next future leader, saya tahu tidak ada alasan bagi saya untuk berhenti. Untuk dapat menolong orang lain, kita harus yakin atas kemampuan kita terlebih dahulu dan dengan bergabung di perusahaan ini saya merasa telah melakukan hal yang tepat.”
Pengalaman dan cerita lain datang dari Maggie Vency Maretha, seorang Scientis di perusahaan ini. Pekerjaannya memang tidak banyak digeluti oleh para perempuan, yakni menganalisis level DNA tanaman eucalyptus untuk terus meningkatkan dan mendukung strategi pembiakan tanaman yang diterapkan oleh perusahaan.
Baginya, ada kepuasan ketika informasi baru yang berhasil temukan di laboratorium dapat berdampak positif terhadap produk, yang pada akhirnya menguntungkan pelanggan. Dia adalah salah satu peneliti termuda di R&D.
“Jadi saya merasa sangat bersyukur atas peluang yang saya dapatkan sejauh ini. Saya berkesempatan memulai dan mengembangkan karir saya di sebuah perusahaan dengan fasilitas teknologi termutakhir. Di Indonesia, saya rasa masih jarang perempuan yang berkarir di bidang biotek dan saya harap kondisi ini akan berubah menjadi semakin lebih baik di masa depan!”
Bagi kaum hawa, mengerjakan pekerjaan pria kini bukan lagi hal tahu. Justru itu menjadi sebuah kebanggan tersendiri sebab mereka bisa membuktikan bahwa pria juga tak selalu lebih unggul dari wanitanya. Itulah yang dirasakan oleh Itsna Lathifah, Quality Controller.
“Saya bekerja sebagai teknisi pada tahun 2005 dan naik pangkat setelah bertahun-tahun di posisi tersebut—sambil menjadi seorang ibu. Saya bangga dengan diri saya hari ini. Orang mengatakan bahwa industry pulp dan kertas adalah ‘industri laki-laki’ dan perempuan yang memilih untuk masuk tidak akan bisa banyak berkembang, tapi saya pikir saya telah membuktikan hal itu tidak benar.”
Rasa bangga yang sama juga dirasakan oleh Mislaini, seorang Forklift Driver. “Di tahun 2008, tugas utama dalam pekerjaan saya adalah memasukkan tumpukan rim kertas ke dalam boks sebagai bagian dari proses produksi kertas,” ujarnya.
Ketika itu, Mislaini sering memperhatikan para operator forklift. Baginya jelas, pekerjaan ini sangat menyenangkan. Di dalam benaknya, tentu saya akan lebih keren jika pekerja itu dilakoni oleh seorang wanita
“Jadi, ketika atasan saya menawarkan kesempatan untuk mengoperasikan forklift, tentu saja saya tidak menolak! Awalnya terasa sulit memang, tapi akhirnya saya mulai terbiasa dengan semakin banyaknya masukan dan pengalaman yang mengasah inituisi saya dalam bekerja.”
Pekerjaan lelaki lainnya juga dikerjakan oleh Doris Debora sejak dia ditunjuk sebagai Safety Officer.
“Sebagai seorang Occupational Health and Safety Officer (OHS), saya harus selalu waspada dan selalu bisa mendeteksi masalah apapun yang berpotensi mengancam keselamatan pekerja,” ujarnya.
Selain itu Doris juga harus mampu mencegah terjadinya kecelakaan yang akan mengakibatkan cedera, kerusakan atau kerugian yang lebih serius. Aspek terpenting dari pekerjaannya adalah pencegahan. “Itulah mengapa, penting bagi saya untuk bekerja sama dengan planners dan engineers untuk memastikan bahwa kebijakan yang keselamatan kerja selalu diimplementasikan,” sebutnya.
“Bagian paling menarik adalah ketika saya harus mempersiapkan Alat Pengamanan Diri (APD) bagi pekerja lapangan, biasanya mereka banyak bertanya dan bisa menjawab kebingungan mereka adalah hal yang penting bagi saya.”
Ada lagi Mariani Damanik, saat dia diamanahi sebagai Construction Manager. Setelah 22 tahun menjadi bagian Department of Infrastructure and Maintenance, bisa dibilang bahwa bidang ini adalah passion-nya. “Saya sangat mencintai apa yang saya lakukan dan itulah yang selalu saya katakan kepada karyawan saya,” katanya.
Pada tahun 2005, Mariani mendapat tanggung jawab memimpin pembangunan jembatan yang sangat penting bagi aktivitas tim operasional perusahaan yang berada di estate yang cukup terpencil.
“Ketika selesai, bos saya bercanda dan bilang itu adalah ‘Jembatan Mariani’. Walau dalam bentuk candaan, saya merasa sangat diapresiasi. Bertahun-tahun di perusahaan ini, saya tidak pernah berusaha menjadi orang lain. Saya terus fokus meningkatkan kualitas pekerjaan saya, menambah nilai positif saya dan selalu menghargai tim saya,” ungkapnya.*