BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Provinsi Riau, termasuk Pekanbaru masih memiliki potensi wisata yang bisa digarap. Salah satunya adalah menggarap objek wisata religi. Dipaparkan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Pekanbaru, Ilyas Husti kepada bertuahpos.com, objek wisata religi ini bisa diciptakan dari lokasi-lokasi bersejarah yang ada.
Diantaranya adalah Bandar Serai Raja Ali Haji (Purna MTQ) dan Mesjid Nur Alam atau yang lebih sering dikenal dengan sebutan Mesjid Raya Pekanbaru Senapelan. Kedua area ini sebenarnya bisa dijadikan sebagai objek wisata religius, dengan syarat ada pembenahan sarana dan prasarana yang harus dilakukan. Pada prinsipnya sebuah lokasi bisa dikatakan sebagai objek wisata jika ada daya tarik masyarakat untuk berkunjung.
“Kedua lokasi ini sebenarnya bisa saja diciptakan daya tarik agar orang mau berkunjung,” katanya.
Namun jika ingin menjadikan sebagai objek wisata religi, maka harus memiliki nilai-nilai religius, bisa dalam bentuk pengeksposan soal sejarah. Misalnya Mesjid Jami’ di Senapelan, pembenahan tidak hanya dari sisi keindahan bangunan, tapi juga fungsi mesjid secara menyeluruh.
Masjid Nur Alam memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi. Selain dijadikan sebagai simbol mesjid pertama di Kota Pekanbaru, bangunan ini mengenang masa kejayaan Sultan Siak IV, Abdul Jalil Alamiddin Syah, saat dia menetap di Kecamatan Senapelan.
Bahkan, setiap tamu Allah yang datang akan disambut sebuah gerbang yang masih berdiri kokoh sejak awal mesjid ini dibangun. Sekilas jika diamati bentuk gerbang itu menyerupai lafaz Allah, dan membuat pengunjung seakan kembali ke abad 18.
Namun, diawal tahun 2012 lalu bagunan mesjid direnovasi karena kondisi bangunan yang tidak memungkinkan. Tapi lagi-lagi bangunan itu menuai pro-kontra di tengah masyarakat. Saat ini bangunan asli yang tersisa hanya mimbar mesjid berusia 112 tahun.
Lokasi lainnya adalah Bandar Serai Purna MTQ. Pada prinsipnya sudah memiliki nilai sejarah menirik. Dulunya di sektar gedung Indrus Tintin yang bertiri megah itu terdapat beragam rumah adat, sebagai simbol perwakilan daerah dan adat istiadat Melayu Riau. Namun kondisinya saat ini, sebagian Rumah Adat tersebut dihancurkan karena ada rencana pembanguna Riau Tons Square. Namun sayangnya bangunan itu tidak ada kejelasan hingga saat ini.
Hadirnya Rumah Adat Melayu di area bandar serai ini tidak hanya mewakili identitas Melayu, namun mengandung unsur-unsur religius yang bisa dijadikan sebagai daya tarik masyarakat dan turis untuk berkunjung. “Karena Melayu kental juga dengan syarat,” tambah Ilyas.
Terpisah, Sekda Provinsi Riau Drs H Zaini mengatakan, Riau sebenarnya kaya dengan potensi pariwisata. Namun, memang harus dikelola secara profesional dan proporsional. “Misalnya seperti Masjid Agung Annur, bisa menjadi objek wisata riligi. Setidaknya hal ini terlihat dari banyaknya warga yang berbondong-bondong ke sana,” ujar Zaini kepada bertuahpos.com
Dikatakannya, selain itu banyak juga peninggalan sejarah atau situs-situs budaya dan warisan yang luar biasa. “Banyak masjid lama di Riau ini, termasuk masjid di Senapelan. Bila dikelola dengan baik, maka ini akan menjadi potensi yang luar biasa. Kita akan dorong ini,” sebut Zainai.(advetorial)