BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Muhammad Khalid S terlihat begitu bangga memegang piala di tangan kanannya dan sebuah bingkai sertifikat penghargaan dikepit di ketiak sebelah kirinya. Ini hari keberuntungan. Kebiasaan menanam pohon sejak tahun 2002 itu tidak pernah disangka berbuah manis.
Khalid dapat penghargaan Setia Lestari Bumi diberikan oleh Pemprov Riau. Itu sebuah penghargaan atas pengabdian lingkungan yang dilakoninya selama ini. Khalid lahir di Tapanuli Utara Sumut. Kesehariannya menjual koran di Tembilahan, Inhil.Â
Tahun 2002, Khalid melihat ada sikap ketidakpedulian masyarakat di sekitar tempatnya tinggal. “Jangankan untuk tanam pohon, halaman rumah mereka saja tidak ada ditanami apapun,” katanya kepada bertuahpos.com, Rabu (27/12/2017) saat ditemui usai apel bersama di Kantor Gubernur Riau.Â
Selain itu hampir di sepanjang jalan hanya ditumbuhi ilalang. Khalid berinisiatif mencari bibit pohon dan menanamnya. Pohon itu tumbuh setelah setahun. Kemudian dia memilih melakukan pembibitan sendiri. Jika dihitung, mungkin jumlah bibit yang tersedia sudah lebih dari 15 ribu dan itu sudah ditanam di pinggil jalan, rumah warga, dan halaman sekolah. “Kalau ada yang minta, ya saya beri,” ujarnya.Â
Mencintai lingkungan sama dengan mencintai anak gadis yang tidak disetujui keluarganya, selalu ada yang ganggu, dan selalu saja ada cabut pohon yang sudah ditanam itu. Namun Khalid punya keyakinan. Setelah merasakan manfaat, masyarakat pasti sadar betapa pentingnya sebatang pohon. “Kalau dicabut, saya tanam lagi,” katanya sambil tertawa.Â
Khalid punya pengalaman menggelikan saat dia membawa sebatang bibit pohon pulai. Rencananya bibit itu akan ditanam di depan salah satu rumah warga. Pemilik rumah menolak dengan alasan pohon pulai itu angker dan jika sudah besar akan jadi sarang hantu. Dia kebingungan untuk beri penjelasan. Sehingga perdebatan diantara mereka terjadi.Â
“Tapi saya berhasil meyakinkan dia. Dan pohon itu bisa ditanam. Sekarang sudah besar dan tidak ada hantu disana,” sambungnya. “Saya bilang bibit pulai itu bukan dari hutan, tapi dari Jepang. Mereka akhirnya menerima,” ujarnya.
Saat ini, di rumah Khalid tengah dilakukan pembibitan pohon ekor tupai dan pucuk merah. Rencananya itu akan ditanam di sekitar jalan lingkar Kota Tembilahan.
Khalid tidak kehabisan akal untuk ajak masyarakat suka tanam pohon. Diantara strategi dilakukannya yakni mengajak anak-anak untuk ikut serta dengan aktivitas itu.Â
Caranya sederhana. Khalid cukup beli permen, kemudia diajak ya anak-anak tanam pohon, setelah itu permen diberikan kepada anak-anak sebagai hadiah.
Dia yakin, bahwa cara demikian akan menumbuhkan kesadaran generasi baru sadar lingkungan. Dia berharap kelak anak-anak ini ikut jejaknya.
“Kadang mereka berkeliaran di jalan. Saya tawari mereka, mau permen tak? Ayo tanam pohon dulu,” cerita Khalid.Â
Biasanya setelah melakukan aktivitas tanam pohon pada siang hari, malamnya Khalid ikut ngobrol di warung kopi. Di situ dia meminta kepada warga untuk menjaga dan tidak merusak pohon yang sudah dia tanam. “Tolong dijaga ya. Jangan dirusak,” ujarnya.Â
Aktivitas menjual koran dalam keseharian Khalid bukanlah penghasilan menjanjikan. Namun dia masih bisa sisihkan waktu untuk membibit dan tanam pohon. Mungkin di mata masyarakat awam itu sebuah pekerjaan sia-sia belaka. Namun saat panas terik atau hujan gerimis, tidak sedikit masyarakat merapat ke batang pohon yang ditanam Khalid untuk berteduh atau sekedar melepas penat. (bpc3)