Oleh: Dr. Marabona Dalimunthe, M.E.Sy.
Pakar Ekonomi Syariah dan Pembina Mualaf Riau
—
DUA peristiwa penting yang tidak bisa lepas dari Hari Raya Idul Adha adalah ibadah Haji dan Qurban. Kedua-dua peristiwa itu kita ketahui tidak terlepas dari syariat yang Allah turunkan melalui perjalanan hidup keluarga Nabiyulloh dan Kholilullah (kekasih Allah) Ibrahim as yang penuh dengan pelajaran dan hikmah, dan diantara pelajaran penting dari keluarga Nabi Ibrahim as ini adalah:
Berserah Diri Kepada Allah
Pertama, Bahwa Nabi Ibrahim as. Berserta keluarga senantiasa dengan tegas dan penuh keyakinan menyatakan diri dan keluarga sebagai makhluk Allah yang selalu harus menisbatkan keseluruhan hidup kepada Allah SWT sebagai Rabb-Nya, tegas mengatakan bahwa ‘kami adalah makhluk yang berTuhan dan berketuhanan atau Robbaniyyiin’.
sebagaimana Allah SWT berfirman di dalam surat Ali Imran ayat 79: “Jadilah kamu sekalian Robbaniyyin (Makhluk Allah SWT yang berTuhan)”.
Jadi jika hari ini ada orang-orang atau kelompok maupun partai tertentu yang ingin merubah kesepakatan para pendiri negeri ini dengan menghilangkan sila keTuhanan maka kita sebagai umat Islam yang mesti mengikuti keteladanan dari Nabi Ibrahim as harus dengan tegas menyatakan bahwa kita makhluk yang berTuhan dan BerkeTuhanan, dan kita tolak segala upaya untuk menghilangkan sila Ketuhanan ini.
Saya ingin sampaikan bahwa ketika persoalan ini sudah mengemuka tidak satu pun diantara partai-partai itu dengan tegas menyatakan dirinya sebagai pengusung perubahan tersebut bahkan mereka saling menuding, kenapa demikian? Karena sesungguhnya mereka sadar bahwa apa yang mereka perjuangkan ini adalah sesuatu yang salah dan tidak patut untuk diperjuangkan.
Jika ini memang kebenaran yang mereka perjuangkan pasti mereka dengan bangganya mengatakan bahwa merekalah pengusung ide perubahan ini.
Keluarga Saleh
Kedua, Ketahuilah saudaraku bahwa salah satu karakteristik yang melekat pada keluarga Nabi Ibrahim as adalah kesalehan berjama’ah di dalam keluarga; Ayah yang sholeh, Ibu yang saleh dan anak-anak pun saleh.
Ingatlah saudaraku sekalian bahwa satu hal yang sangat disesali oleh orang-orang yang selama hidup di dunia suka berbuat salah, berbuat dosa dan kemungkaran adalah “Kenapa dulu ketika hidup di dunia tidak berusaha menjadi orang yang saleh?” sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat as-Sajadah ayat 12:
“Dan, jika Sekiranya kamu melihat mereka ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata): “Ya Tuhan Kami, Kami telah melihat dan mendengar, Maka kembalikanlah Kami (ke dunia), Kami akan mengerjakan amal saleh, Sesungguhnya Kami adalah orang-orang yang yakin.”
Menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Ketiga, ciri dan karakteristik yang melekat pada diri Nabi Ibrahim as. dan Keluarga adalah tugas menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar.
Ingatkah kita kisah ketika Raja Namrud yang Sombong memaksa setiap rakyatnya untuk patuh dan tunduk kepadanya termasuk untuk menyembah berhala-berhala yang berupa patung tapi Nabi Ibrahim as tetap pada pendiriannya hanya untuk mentauhidkan Allah SWT.
Bahkan ketika Raja Namrud pergi bersama rakyatnya meninggalkan negeri mereka, Nabi Ibrahim pun beraksi untuk menghancurkan semua berhala (patung-patung) yang selama ini mereka sembah.
Allah SWT berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 258:
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). ketika Ibrahim mengatakan: “Tuhanku ialah yang menghidupkan dan mematikan,” orang itu berkata: “Saya dapat menghidupkan dan mematikan”. Ibrahim berkata: “Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, Maka terbitkanlah Dia dari barat,” lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”. Dan ini jugalah yang seharusnya menjadi ciri khas Ummat Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana Alloh SWT tegaskan di dalam al-Qur’an surat Ali Imran ayat 110: “Kamu
sekalian adalah ummat terbaik yang dikeluarkan kepada manusia dengan tugas “amar ma’ruf Nahi mungkar” dan menjaga keimanan kepada Alloh SWT.”
Selalu Berdoa dan Bertawakal
Dan yang keempat, adalah bahwa Nabi Ibrahim as merupakan orang yang senantiasa berdoa kepada Allah SWT dan bertawakkal atas segala yang telah dilakukan dan diupayakan.
Lihatlah betapa berat cobaan Nabi Ibrahim saat belum dikaruniakan oleh Allah SWT seorang anak beliau tidak berputus asa, sentiasa berikhtiar dan berdoa, dan hampir seluruh doa nabi Ibrahim as sampai saat ini masih relevan untuk kita panjatkan kepada Alloh SWT.
Diantara doanya adalah Memohon untuk diberi anak yang sholeh oleh Alloh SWT sebagaimana diabadikan dalam al-Qur’an surat as-shaffat ayat 100;
“Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang Termasuk orang-orang yang saleh”.
Berdoa untuk Negeri dan Rakyat
Kemudian juga doa Nabi Ibrahim tatkala memohon untuk keamanan negerinya dan limpahan rezeki untuk rakyatnya sebagaimana terdapat di dalam Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 126;
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: “Ya Tuhanku, Jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: “Dan kepada orang yang kafirpun aku beri kesenangan sementara, kemudian aku paksa ia menjalani siksa neraka dan Itulah seburuk-buruk tempat kembali”.
Bahkan di dalam surat Ibrahim ayat 35, Nabi Ibrahim as bermohon kepada Allah agar negerinya aman dan dia serta anak-anaknya dijauhkan dari menyembah berhala-berhala;
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, Jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala”.
Kemudian pada ayat berikutnya surat al-Baqarah ayat 127, kembali Nabi Ibrahim berdoa agar semua yang telah dia lakukan diterima oleh Allah SWT;
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): “Ya Tuhan Kami terimalah daripada Kami (amalan kami), Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Lalu pada ayat berikutnya surat al-Baqarah ayat 128, Nabi Ibrahim as kembali bermohon agar Allah menjadikannya, istri dan anak-anaknya sebagai muslim yang patuh;
“Ya Tuhan Kami, Jadikanlah Kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu Kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada Kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji Kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”.
Meminta Allah Agar Mengutus Rasul
Pada ayat berikutnya, masih pada surat al-Baqarah ayat 129, Nabi Ibrahim as berdoa agar Allah mengutus seorang Rasul yang akan mengajarkan anak keturunannya tentang ayat-ayat Allah, Kitab, Hikmah serta mensucikan hati mereka:
“Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana”.
Nabi Ibrahim as juga adalah merupakan seorang Nabi yang senantiasa memohon kepada Allah SWT agar dijadikan sebagai orang yang senantiasa mendirikan shalat begitu juga dengan anak keturunannya.
Bahkan seorang Nabi yang saleh ini juga senantiasa memohon ampunan kepada Allah untuk dirinya, kedua orang tuanya dan orang-orang yang beriman sebagaimana terdapat di dalam surat Ibrahim ayat 40-41ح َََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََ
“Ya Tuhanku, Jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan Kami, perkenankanlah doaku”. “Ya Tuhan Kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)”.
Doa-doa Nabi Ibrahim yang Tak Lekang Zaman
Bahkan enam ayat di dalam surat Ibrahim dari ayat 35 sampai 41 adalah doa Nabi Ibrahim yang tidak lekang oleh zaman untuk dipanjatkan kepada Allah SWT.
Begitu banyak hikmah dan pelajaran penting yang masih sangat relevan untuk kita teladani dari perjalanan hidup Nabi Ibrahim as (Kekasih Allah SWT) dan keluarganya, maka patutlah Allah meminta kita untuk mempelajari dan mengamalkannya, sebagaimana Alloh SWT berfirman dalam surat al-Mumtahanah ayat 4:
“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya Kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, Kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara Kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. kecuali Perkataan Ibrahim kepada bapaknya: “Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah”. (Ibrahim berkata): “Ya Tuhan Kami hanya kepada Engkaulah Kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah Kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali.”***