BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Tak banyak masjid yang mau mengurus mualaf namun Ustadz Marabona telah memualafkan bule asa australia, alias seseorang dari agama tertentu masuk ke agama Islam. Target inilah yang dilakoni Ustadz Marabona bersama Yayasan Mualaf Riau, mensyahadatkan sekaligus membina mualaf baru.
“Kita sudah kembangkan Mualaf ini agar punya usaha, di antaranya perkebunan nenas di Rimbopanjang, dan kedua restoran khusus mualaf,” ungkap Ustadz Marabona yang juga dosen di salah satu sekolah tinggi ekonomi Pekanbaru ini.
Langkah ini kata Marabona disadari setelah pertemuan rutin pasca Idul adha beberapa waktu lalu, ternyata dari mualaf ada koki.
“Sudah ada koki beneran yang bekerja di salah satu hotel di Pekanbaru. Ini tentu kita berdayakan. Dari mualaf untuk mualaf. Tidak saja mereka kita mualafkan, tapi bagaimana mereka menjadi muslim sejati,” katanya.
Pembinaan mualaf di Riau ini, kata Ustadz Marabona, bukan saja karena ada indikasi ingin menikah semata, melainkan keilaman yang akan dipeluk, datang dari kesadaran dengan hati yang tulus karena Allah SWT.
“Bukan orientasi mau nikah saja dengan orang islam. Malah kalau ada yang begitu, kita beri syarat mereka, 3 bulan pembinaan baru dapat sertifikat mualaf, baru dia boleh menikah, dan ini kita sudah kerjasama dengan kementrian agaman. Namun yayasan yang menerbitkan sertifikat. Kalau di Pelalawan ada tandatangan KUA, ditambah sign coordinator mualafnya,” tambah Marabona.
Untuk kiat atau program khusus keislaman di daerah tertentu, yayasan tidak tidak punya. “Karena dalam islam juga tidak ada memaksakan agama tertentu. Walau itu banyak ditemui juga di di Meranti.
“Izin Alloh kita tidak hanya menebarkan rahmad kebaikan. Sehingga ada yang terpanggil masuk islam maka kita islamkan,” katanya.
Kini yayasan Mualan Riau tidak saja sudah mengislamkan WNI tapi juga WNA. “Bule Australia sudah ada yang kita mualafkan. Jepang juga ada, bahkan seorang akademisi.”
“Ini doktor Michiko asal Kyoto University, seorang sosiolog, izin Allah dia muslim,” sembari Ustadz Marabona menunjukkan sebuah photo pada Bertuahpos.
“Kita masih sebatas ikhtiar dakwah mualaf. Kalau di Baznas hanya 2 tahun. Di sini kita telusuri meski 10 tahun. Ada satu kasus di awal 2020, seorang wanita dewasa yang surut langkahnya masuk Islam karena ditentang keluarganya. Kami dihadang dengan parang satu kampung bang,” ujar Marabona. (bpc5)