BERTUAHPOS.COM, YOGYAKARTA- Keterbatasan stok bahan bakar minyak bersubsidi adalah momentum pemerintah untuk mulai mengurangi subsidi secara bertahap, kata pakar energi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Deendarlianto.
“Ini sebenarnya adalah momentum yang tepat bagi pemerintah, saat masyarakat lebih menginginkan ketersediaan (BBM), daripada mempertahankan tingginya subsidi BBM,” kata Deendarlianto di Yogyakarta, Kamis.
Menurut dia, subsidi untuk BBM dapat dikurangi secara bertahap dan dialihkan untuk pengembangan infrastruktur energi alternatif lainnya mengingat harga internasional minyak bumi selalu meningkat.
“Kita bisa beralih memfokuskan pada penyiapan konversi BBM ke bahan bakar gas (BBG), serta menggali energi terbarukan lainnya yang ketersediaannya lebih banyak,” kata dia.
Masyarakat, kata dia, juga harus memahami seberapa tingginya harga internasional minyak bumi saat ini, yang secara bersamaan memicu melonjaknya subsidi yang harus dikeluarkan pemerintah.
Harga beli BBM masyarakat saat ini, kata dia, sangat jauh di bawah harga produksinya. Harga internasional BBM saat ini telah mencapai 100 dollar per barel, artinya 1 liter seharusnya dibayar Rp8.400.
“Itu masih minyak bumi mentah, kalau sudah diolah tentunya memerlukan tambahan paling tidak Rp2.000 per liter,” kata dia.
Dengan tingginya harga BBM internasional saat ini maka kemampuan pemerintah untuk membeli juga terbatas.
“Artinya dengan subsidi Rp400 triliun yang dikeluarkan pemerintah maka untuk memenuhi kuota BBM di 33 provinsi juga terbatas,” kata dia(Investordailly)