BERTUAHPOS.COM, RENGAT – Perihal pemberitaan bertuahpos.com sebelumnya tentang warga Desa Pauh Ranap, Kecamatan Pranap, Kabupaten Inhu yang mengeluhkan ketidakpedulian dan dinilai ‘Apatis’ oleh warga terhadap PT Samantaka terhadap warga tempatan.
Bertuahpos.com mencoba konfirmasi pihak manajemen PT Samantaka dimulai dari Direktur Operasional PT Samantaka Hendri Jajang, namun tidak memberi penjelasan. “Silahkan menghubungi bagian operasional lapangan,”ujar Hendri, Selasa 26 Februari 2019.
Upaya konfirmasi terus dilakukan bertuahpos.com melanjutkan konfirmasi kepada Humas PT Samantaka, Ujang Bagor melalui via seluler 081276811XXX, telepon tersebut masuk namun saat bertuahpos.com menanyakan perihal keluhan warga untuk memberikan klarifikasi, dia tidak memberikan jawaban usai mendengarkan penjelasan dari bertuahpos.com, “Jaringan putus-putus,” ujarnya sembari menutup telepon bertuahpos.com.
Seperti diberitakan sebelumnya Warga Desa Pauh Ranap ‘mengecam’ dan menilai ‘apatis’ PT Samantaka karena tidak memperdulikan dampak lingkungan warga sekitar, akibat exploitasi tambang batu bara yang dikelola PT Samantaka.
Terkesan apatis dan tidak peduli akan dampak lingkungan atas warga tempatan wilayah kerja PT Samantaka. Demikianlah disampaikan Sinaga, warga Dusun IV warga tempatan lokasi penambangan batu bara, kepada bertuahpos.com, Selasa 26 Februari 2019.
“Khusus untuk dampak lingkungan perusahan tidak pernah peduli dan apatis dalam menjaga kelestarian lingkungan sekitar,” keluh Sinaga warga tempatan produksi PT Samantaka dusun IV Pauh Ranap Selasa 26 Februari 2019.
Masih menurut Sinaga, bahwa abu batu bara yang kerap menyelimuti rumah dan lingkungan warga sekitar tidak pernah mendapat perhatian oleh perusahan dan tidak pernah diminimalisir dampak kesehatan warga tempatan.Â
Baca:Abu Batu Bara Berterbangan, PT Samantaka Dinilai ‘Apatis’ Menjaga Lingkungan
“Yang pasti warga mulai resah dan khawatir akan berdampak penyakit akibat abu batu bara yang beterbangan,” sesal Sinaga yang mengaku akan melaporkan dugaan polusi udara ke Dinas Lingkungan Hidup.
Selain dikecam akibat polusi udara, eksploitasi tambang batu bara milik PT Samantaka juga diprotes karena minim melakukan perawatan jalan.
“Jalan tanah ini jarang disirami air sehingga pada saat mobilisasi batu bara pakai mobil berat di musim kemarau akan membawa abu,” sebut Babe, pemuda setempat.
Mirisnya lagi, kata Babe, perawatan dan pengerasan jalan pemukiman dan satu satunya akses mobilisasi batu bara jarang dilakukan. “Belum lama ini mobil berat bermuatan batubara terbalik dan hampir menimpa IRTÂ pejalan kaki,” sambung Babe.
Menurutnya, pemicu insiden mobil berat batubara bertonase mencapai 35 ton terbalik, dikarenakan perawatan dan pengerasan jalan umun minim dan akhirnya, amblas.Â
“Yang pasti jalan ini jarang dirawat dan jarang disirami air,” papar Babe, terpisah.
Menanggapi keluhan warga tentang polusi udara, terpisah Kepala Dinas Lingkungan Hidup Pemerintah Kabupanen Indragiri Hulu Ir Selamat MM mengaku prihatin dan akan menjadwalkan uji emisi udara di kawasan tambang khususnya daerah pemukiman. “Secara administratif masyarakat silahkan buat laporan pengaduan maka pemerintah akan bersikap,” jawab Kepala DLH, Selasa 26 Februari 2019. (cr2)