BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Sejak lima tahun lalu, Supriyanto (34) melakoni usahanya sebagai mekanik pinggir jalan. Usaha ini satu-satunya mata pencaharian untuk menopang ekonomi keluarga. Yang dikutip tidaklah banyak. Paling dari tambal ban, ganti oli, tambah angin, kadang-kadang ban berkas yang menggantung di samping bengkelnya, cukup membuat dia, beserta seorang istrinya bernafas lega.
Sejak awal buka bengkel, Supriyanto sudah menjual ban bekas. Beragam merek tersedia. Ban bekan ini dia jual seharga Rp80 ribu hingga Rp90 ribu/buah dan keuntungannya lumayan gede. “Untuk modal satu ban Rp50 ribu. Untungnya lumayan, bang,” ujarnya saat berbincang dengan bertuahpos.com, awal Agustus lalu.
Ban bekas yang kini terpajang di bengkelnya, dia peroleh dari salah satu agen pemasok di Kota Dumai. Ban bekas ini dipasok dari luar, seperti Malaysia, Thailand, dan Singapur. Pihak pemasok melihat seberapa banyak kebutuhan ban bekas oleh para pengusaha bengkel pinggir jalan ini. Mereka tak mau rugi hanya karena biaya transportasi, kelipatan keuntungan yang didapat jadi menipis.
“Makanya kalau ambil minimal 50 sampai 100. Kalau hanya 10 atau 20 buah mereka (agen) nggak mau ngantar, bang. Berat di biaya ongkas,” sebutnya.
Selain dari Dumai, daerah lain yang biasa menyuplai ban bekas produksi luar negeri ini, yakni Tembilahan dan Medan. Kedua daerah ini memang lebih dekat dengan negara-negara yang “membuah” ban bekas, hingga masuk ke Riau.
KEBUTUHAN BAN BEKAS
Andre (29), seorang pekerja bengkel pinggir jalan di kawasan Pasar Bawah, Pekanbaru mengatakan, menjual ban bekas susah-susah gampang. Tingkat kepercayaan masyarakat lebih mendominasi. “Namanya juga bekas, bang. Susah-susah gampang,” katanya, saat disambangi bertuahpos.com, di suatu pagi awal Agustus 2019 lalu.
Menurut dia, masyarakat cenderung melihat kualitas ban ketimbang merk sebelum memutuskan untuk membeli ban bekas. Kualitas ban bisa dilihat dari gerigi ban.Â
Semakin utuh dan tegas geri-geri ban, maka bisa dipastikan kualitas ban bekas semakin bagus. Selain itu kualitas juga bisa dilihat dari perkiraan daya gigitan ban ke aspal. Caranya dengan memperhatikan tingkat ketebalan karet ban. Jika semakin tipis, maka kulalitasnya semakin menurun.
Di sisi lain menjual ban bekas tergolong mudah, karena harga relatif terjangkau. Apalagi dalam kondisi terdesak. Misalnya ada pengendara pecah ban sepeda motornya, tapi lagi tidak pegang uang dalam jumlah banyak, ban bekas menjadi alternatif meskipun sifatnya hanya sementara.Â
Namun, kata Andre, ada juga masyarakat yang datang ketempatnya memang sengaja untuk membeli ban bekas, tapi jumlahnya tidak banyak. Kebanyakan memang mereka yang punya uang pas-pasan. Bagi masyarakat yang mengerti otomotif, cenderung tidak begitu berminat dengan ban bekas.
“Soalnya kalau beli ban baru itu memang mahal. Harganya berada pada kisaran Rp250 ketas. Apalagi jenis tubles. Kalau masyarakat biasa, ya mereka biasa saja pakai ban bekas untuk kendaraan mereka,” ungkapnya.
Fadly (28), seorang pengendara sepeda motor yang juga pelanggan Andre, bercerita bahwa sudah lebih dari dua tahun ban depan sepeda motornya menggunakan ban bekas. Kini ban itu sudah semakin gundul dan sangat berpengaruh saat berkendara.
“Saya beli itu (ban bekas) tahun 2017. Sampai sekarang masih saya pakai walaupun sudah mulai gundul. Aktivitas, memang lebih dominan di dalam kota. Jarang sekali ke luar kota. Lumayan, harganya jauh lebih murah daripada beli ban baru,” katanya.
POTENSI KEUNTUNGAN JUAL BAN BEKAS
Modal untuk satu ban bekas sekitar Rp50 ribu/buah. Supriyanto biasa menjual ban bekas di bengkelnya dengan kisaran harga Rp80 ribu hingga Rp90 ribu/buah. “Kalau sudah sampai Rp100 ribu, itu sudah kemahalan, bang,” katanya.
Dalam sebulan, ban bekas di bengkelnya biasa laku lebih dari 10 buah. Artinya sekitar Rp400 ribu bisa dia dapatkan selama sebulan dari hasil jual beli ban bekas saja.Â
Di bengkel lain yang ditelusuri bertuahpos.com, harganya sedikit lebih rendah, yakni pada kisaran Rp75 ribu, hingga Rp90 ribu – tergantung kualitas. “Memang prasarananya segitu,” kata Hidayat (55) seorang pemilik bengkel pinggir jalan di kawasan Sukajadi, Pekanbaru.
Mematok harga demikian, menurutnya bukan semata-mata berfikir soal keuntungan. “Kadang-ladang yang nawar itu kejam. Makanya dipatok harga segitu, jadi kalau harga Rp80 ribu ada yang minta kurang sampai Rp20 ribu, kita masih bisa untuk Rp10 ribu,” sebutnya.
“Pemasukan dari bengkel, kan, bukan cuma dari jual beli ban bekas. Tambal ban, ganti oli, perbaikan itu-ini, ya lumayan, lah, untuk nutup-nutupi,” kata Hidayat. (bpc3)