BERTUAHPOS.COM – Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH M Cholil Nafis, mengkritik dugaan pelarangan penggunaan jilbab bagi petugas Paskibraka Muslimah tahun 2024.
Menurutnya, kebijakan ini bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila, khususnya Sila Ketuhanan yang Maha Esa yang menjamin kebebasan beragama.
“Ini tidak pancasilais. Bagaimanapun Sila Ketuhanan yang Maha Esa menjamin hak melaksanakan ajaran agama,” tegas KH M Cholil Nafis melalui mui.or.id pada Rabu 14 Agustus 2024.
Dia mendesak agar larangan berjilbab bagi Paskibraka Nasional segera dihapus.
“Cabut arahan larangan berjilbab bagi paskibraka,” ujar Kiai Cholil.
Jika kebijakan tersebut tidak diubah, Kiai Cholil menyarankan agar para peserta Muslimah yang diharuskan membuka jilbabnya mempertimbangkan untuk mundur dari program tersebut.
“Atau pulang saja adik-adik yang berjilbab jika dipaksa harus membuka jilbabnya,” tambahnya.
Wakil Sekretaris Jenderal Purna Paskibraka Indonesia (PPI) Pusat, Irwan Indra, juga mengekspresikan kekagetannya terhadap larangan tersebut.
Ia menceritakan pengalamannya sebagai anggota Paskibraka pada 2001 dan pembina sejak 2016. Menurut Irwan, sejak 2002 sudah diperbolehkan untuk berjilbab, dan tradisi tersebut terus dipertahankan hingga sekarang.
“Saat itu sudah dibolehkan berjilbab di daerah. Di nasional sudah sejak 2002. Dulu zaman Orde Baru memang tak boleh,” kata Irwan.
Dia juga menjelaskan bahwa selama menjadi pembina Paskibraka, mereka selalu memperhatikan penghormatan terhadap keyakinan anggota, termasuk modifikasi pakaian agar sesuai dengan prinsip agama.
Irwan mengungkapkan keterkejutannya saat mendapati tidak ada satupun Paskibraka putri yang berjilbab pada 13 Agustus lalu.
“Kita kaget, kok ada yang berubah karena selama ini fine-fine saja soal keyakinan yang pakai atau lepas jilbab,” ujarnya.
Dari hasil penelusuran, diketahui bahwa dari 38 provinsi, 18 di antaranya mengirimkan Paskibraka Muslimah yang berjilbab ke pusat.
“Kita cek ke semua PPI ke provinsi. Apakah benar tidak pakai jilbab? Mereka ramai bersuara, 18 provinsi pakai jilbab. Ada adik-adik kita yang sudah sejak SD sudah pakai jilbab,” kata Irwan.
Dia meyakini bahwa penurunan jilbab sebagian petugas Paskibraka disebabkan oleh tekanan.
“Nggak mungkin mereka sukarela, pasti ada tekanan,” pungkasnya.