BERTUAHPOS.COM — Ratusan Pohon Tin tumbuh subur di dalam sebuah green garden. Ukuranya cukup besar. Letaknya di pekarangan sebuah rumah milik Imran Sutiono, di Jalan Pisang, Limbungan, Kecamatan Rumbai Pesisir, Pekanbaru.
Saya berkunjung ke green garden ini pada Rabu, 24 Desember 2024, melihat langsung bagaimana bentuk pohonnya, dan mencicip Buah Tin matang baru siap panen. Kulinya tipis seperti tomat. Tapi bertekstur seperti Kiwi. Tetap bisa dimakan. Rasanya hambar. Agak pahit kalau belum matang sempurna.
Sementara daging buahnya manis alami. Teksturnya unik. Bagian lembut berbiji. Renyah saat dikunyah. Agak sulit bagi saya menggambarkan rasanya. Tapi di gigitan pertama, saya langsung terbayang dengan rasa pepaya madu matang. Bedanya daging Buah Tin lebih kerenyes.
Pekarangan rumah Imran cukup luas. Saat masuk dari pintu utama green garden itu langsung terlihat. Ukurannya paling dominan dibanding bangunan lain di sekitarnya. Posisinya di sebelah kanan bangunan rumah.
Di antara bangunan rumah dan green garden itu, ada puluhan bibit siap jual. Tersusun rapi di atas sebuah papan penyangga seperti meja panjang.
Sementara di bagian depan green garden itu, ada bangunan beton bangsal furniture. Isinya berbagai alat tukang, potongan kayu dan beberapa model furniture yang sudah berbentuk. Di antara green garden dan bangsal itu, lagi-lagi tersusun rapi bibit-bibit Tin baru dan media tanam di atas rak-rak.
Sedangkan bagian atas bangsal tadi, ada bangunan green garden dengan ukuran yang lebih kecil. Dari kedua green garden inilah buah-buah tin segar itu di panen.
Meski hanya kebun mini, Buan Tin di sini dapat dipanen setiap hari. “Kami panen setiap pagi,” kata Imran. “Setelah packing, langsung dibawa ke Pasar Buah. Per 200 gram harganya Rp50.000.”
Imron bercerita banyak bagaimana awal mula dia berkenalan dengan pohon dan Buah Tin itu. Imran memulai usaha ini pada tahun 2018, setelah perjalanan panjang mengenal pohon tin sejak 2014.
Perkenalannya dengan buah tin lewat media sosial dan komunitas pecinta tanaman. “Ketertarikan saya semakin besar, hingga akhirnya mencoba membeli beberapa bibit untuk dikoleksi dan dipelajari.”
Mendengar cerita Imron, saya terbayang dengan Surat At-Tin dalam Al-Quran. Surat ini selalu masuk jika saya disuruh mengulang hafalan surat pendek waktu sekolah di Mandrasah Ibtidaiyah, 20 tahun yang lalu. Allah bersumpah, “Demi (buah) tin dan (buah) zaitun,” sebagai pembuka ayat di surah Makkiyah itu.
Surat ini pula yang membuat Imron semakin yakin, bahwa Buah Tin memberikan segudang manfaat di dalamnya. “Ini juga yang membuat buah tin itu unik,” kata Imran.
“Sebagai seorang muslim, saya percaya ada sesuatu. Mengapa Buah Tin ditetapkan menjadi nama untuk sebuah surat di Al-Quran. Bahkan diabadikan dalam satu surat khusus.”
Awalnya, Imron fokus pada Tin varian Green Jordan dan Red Palestina. Tanaman ini dirawat hingga menghasilkan buah. Namun, perjalanannya tentu tidak semudah itu. Tantangan mulai muncul ketika sebagian bibit terkena serangan hama penggerek batang, lalu mati.
Dalam proses ini, Imran menyadari bahwa kebutuhan masyarakat akan buah tin cukup besar, terutama di Pekanbaru. “Saat itu, kebun belum skala besar. Dari sini, lahirlah ide untuk mendirikan Kebon Tin Pekanbaru, dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan buah tin segar,” sebut Imran Sutiono.
Dia berinisiatif untuk membuat profil Kebon Tin Pekanbaru di halaman Google. Dari sini green garden milik Imran mulai dikenal masyarakat. “Tak disangka ada yang menghubungi untuk membeli buah tin,” tuturnya. Dari sinilah, Imran merasa terpanggil untuk mengembangkan kebun tin.
Saat itu, buah tin segar sangat sulit ditemukan, terutama di Pekanbaru. Kalaupun ada, harus dipesan dulu dari luar negeri. Biasanya, saat ada teman atau saudara umrah atau haji. Harganya cukup mahal. Sementara banyak orang yang membutuhkan buah ini, baik untuk konsumsi maupun kesehatan.
“Dengan niat itu, saya bertekad untuk memulai usaha ini pelan-pelan. Awalnya beberapa bibit. Alhamdulillah, sekarang kita mampu menyuplai buah tin segar ke supermarket di Pekanbaru hingga Sumatera Utara,” tuturnya.
Adapun jenis Buah Tin tersebut meliputi Pallazo, Green Yordan, Wuhan, LSU Purple, BNR, Purple Yordan, Blue Giant, Red Palestine, White Libanis, Joly Tiger Varigata, BTM6, Matsui Dauphine, LSU Gold, TGF Jumbo, Red California, hingga Burnswick dan lain sebagainya.
Imran Sutiono bercerita, jika budidaya Buah Tin yang biasanya tumbuh di negara empat musim, ketika dibawa ke iklim tropis seperti Indonesia, buah surga ini justru terus berbuah lebat. Bahkan bisa dipanen setiap hari.
“Kalau di negaranya tin ini berbuah di empat musim. Alhamdulillah pohon Tin yang kita tanam bisa juga berbuah di cuaca tropis Indonesia khususnya Pekanbaru. Bahkan berbuahnya tak mengenal musim. Selalu berbuah,” ujar lulusan D3 Instrumentasi Elektronika UI dan S1 Unri itu.
Selain itu, dia tertarik menanam Buah Tin karena banyak penelitian menyebutkan ini kaya akan nutrisi seperti ragam vitamin, gula alami, serat, hingga mineral. Apalagi, perawatan terhadap pohon Tin tak serumit yang dibayangkan.
Kuncinya ada pada media tanam. Cukup dengan campuran sekam, tanah hitam, serta kotoran hewan fermentasi. Kemudian atas media tanam, ditaburi kembali sekam mentah sebagai mulsa alami.
Sedangkan untuk pasar Buah Tin di Pekanbaru sangat menjanjikan. Harganya mencapai ratusan ribu rupiah per kilogram. Saat ini, dari green garden miliknya, Imron sudah bisa memasok kebutuhan Buah Tin untuk Pekanbaru dan Sumatera Utara.
Tak hanya itu, Imran juga membuka ruang bagi siapa saja yang ingin belajar budidaya buah surga ini dengan berkunjung ke Green Garden Kebon Tin Pekanbaru di Jalan Pisang, Libungan, Rumbai Pesisir, Pekanbaru.***