BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Tugu lokomotif yang berada di kawasan komplek Makam Pahlawan Kerja, Jalan Kaharuddin Nasution, Kecamatan Marpoyan Damai, Pekanbaru itu, tidak ubahnya dianggap sebagai tempat angker oleh masyarakat.
“Lihat dari bentuknya saja seperti itu. Apalagi ada kuburannya,” ujar, Tarmizi, Warga Kecamatan Tangkerang, Pekanbaru saat diwawancarai bertuahpos.com.
Persepsi seperti ini tentu saja terdengar miris. Lokomotif yang kaya dengan sejarah bangsa Indonesia itu, ternyata hanya dipandang sebelah mata. Pemerintah setempat dituding tidak berbuat banyak terhadap benda yang ada dalam komplek itu.
Baca: Rel Kereta Api di Riau, Ide Belanda yang Eksekusi Jepang
“Bagus kalau itu bisa dijadikan sebagai objek wisata sejarah. Tapi selama ini masyarakat tidak pernah tahu. Karena memang tidak pernah ada promosi. Seharusnya pemerintah yang bisa berbuat banyak. Jadi, jangan disalahkan masyarakat jika ada beranggapan bahwa tempat itu seperti tempat angker,” katanya.
Sepintas jika dilihat dari sisi jalan raya, komplek tersebut memang terlihat sepi dari pengunjung. Biasanya hanya ada beberapa orang petuas yang melakukan kegiatan pengerjaan atau pembersihan di sekitar komplek. Selebihnya, tempat ini sepi, dan sama sekali tidak menarik minat masyarakat untuk tahu lebih jauh tentang sejarah lokomotif tersebut.
“Saya pernah lihat, kalau melintas di jalan itu. Tapi hanya sebatas tahu saja, bahwa di kawasan itu ada lokomotif dan ada makam,” kata Murni, Warga Kecamatan Pandau Pekanbaru.
Namun demikian, juga ada beberapa masyarakat yang tahun sejarah lokomotif itu, walau tidak mendalam. “Itu bangunan bekas penjajahan Jepang,” sebut Riko, warga yang bermukim di Kecamatan Sukajadi, Pekanbaru.
Hal ini secara tidak langsung membenarkan, bahwa pemerintah harus bekerja ekstra untuk menanamkan semangat cinta tanah air kepada masyarakat, lewat berbagai peninggalan sejarah di Bumi Melayu Riau. Setidaknya, sejarah lokomotif tidak pudar ditelan masa, dan menjadi urutan daftar pertanyaan penting dalam ulangan siswa di bangku pendidikan. “Cara itu salah satu upaya agar sejarah yang tersimpan di balik lokomotif itu tidak hilang,” tambahnya.
Penulis: Melba Ferry Fadly
Â