BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Kabut asap yang melanda Provinsi Riau bak langganan setiap tahun. Hingga kini kebakaran lahan akibat kelalaian ataupun kesengajaan masih ditemui di daerah yang itu-itu saja. Ragam anggapan masyarakat menilai fenomena ini. Seperti Fariz yang merupakan mahasiswa satu perguruan tinggi swasta di Pekanbaru merasa kesal dan mempertanyakan komitmen pemerintah menangani kabut asap ini.
“Kesal bang, asap bisa merusak penglihatan, mata cepat kering, pedih, dan memerah,” katanya kepada bertuahpos.com, Kamis (26/02/2015).
Apalagi dia yang sebagai mahasiswa lebih banyak berkutat di luar ruangan. “Harapannya kabut asap gak terulang lagi. Pemerintah harus mengambil langkah “bersih-bersih” saja, tidak tebang pilih kepada penyebab musibah ini. Tidak pilah pilih,” katanya.
Pantauan bertuahpos.com, kabut asap masih terlihat di Ibukota Provinsi Riau, Pekanbaru. Bahkan dari Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) depan kantor walikota Pekanbaru menunjukkan kategori sedang.
Ibnu Khalid, seorang pegawai di instansi pemerintahan ini menganggap kabut asap seperti fenomena unik, macam tradisi gemar mengisap asap.
“Dampak kabut asap ini sangat merugikan banyak orang. Bisa terkena ispa (Inspeksi Saluran Pernapasan Akut), perekonomian melemah terutama sektor pesawat terbang. Terpenting lagi soal krisisnya udara bersih dan kerusakan lingkungan. Butuh proses bertahun tahun untuk memulihkan keadaan ini menjadi sediakala,” katanya.
Dia berharap pemerintah harus lebih bekerja keras lagi untuk menangani permasalahan kabut asap dan pastinya perlu kerja sama yang baik dari segala pihak. “Berani bertindak tegas bila ada oknum oknum yang dengan sengaja membakar hutan untuk kepentingan pribadi. Pastinya masyarakat siap menjadi barisan terdepan untuk kepentingan bersama,” sebutnya. (riki)