BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Terjadi peningkatan signifikan terhadap harga jual crude palm oil di pasar komoditas Malaysia ternyata mampu mendongkrak harga tandan buah segar untuk sawit di Riau pada pekan ini.
Kenaikan harga tandan buah segar sawit, tentunya memberi stimulus positif dan kembali menggairahkan petani sawit dibeberapa daerah di Riau.
Menurut Sekretaris Penetapan Harga TBS Sawit Riau, Rusdi menyebutkan, dalam rapat penetapan harga yang berlangsung di Dinas Perkebunan Provinsi Riau Selasa kemarin, harga komoditas ini melanjutkan trend positif yang terjadi sejak perdagangan sebelumnya, sebagai dampak melemahnya mata uang Ringgit di negara itu.
Melemahnya mata uang Malaysia disebabkan oleh tekanan yang dialami oleh nilai tukar regional. Penurunan nilai tukar ringgit menjadikan harga komoditas ini menjadi relatif lebih murah bagi pembeli luar negeri. Dampaknya permintaan komoditas ini mengalami peningkatan.
Dia menambahkan, perkembangan harga crude palm oil kontrak KPB-PTPN sepanjang pekan lalu terjadi lonjakan yang signifikan dan pada perdagangan hari Jumat kemarin ditutup pada angka Rp. 7.550 per kilogramnya. “Atau terjadi kenaikan sebesar 2,34 persen sepanjang pekan ini,” katanya Rabu (06/10/2015).
Faktor lain yang menyebabkan penguatan harga adalah rilis data yang menyebutkan produksi Malaysia tahun 2016 diduga akan turun 1 juta ton hanya menjadi 19 juta ton. Sedangkan produksi Indonesia di tahun 2015 ini diduga mencapai 33 juta ton bisa turun 30% menjadi hanya 23,1 juta ton.
Kenaikan yang dialami oleh harga CPO juga disebabkan oleh potensi El Nino di kawasan penanaman kelapa sawit di Indonesia dan Malaysia. Kekhawatiran penurunan produksi akibat El Nino mengacu pada kejadian di tahun 2009 dan 2010 lalu.
Rusdi menambahkan, sebetulnya harga CPO bisa melenggang lebih tinggi apabila tidak dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah. Kementerian Perdagangan menetapkan Harga Referensi produk CPO untuk penetapan Bea Keluar (BK) periode Oktober 2015 sebesar USD529,51 per Metrik Ton (MT).
“Penetapan BK ini menurun sebanyak USD81,14 atau 13,29 persen dibanding bulan sebelumnya yang mencapai USD610,65/MT,” ujarnya. (Melba)