BERTUAHPOS, JAKARTA – Bintang Hollywood, Harrison Ford membuat film dokumenter “Years of Living Dangerously” di Indonesia. Film itu mengangkat soal pemanasan global dan kerusakan hutan di Indonesia.
Â
Ford dan krunya berkeliling Indonesia untuk melakukan riset. Si ‘Indiana Jones’ ini mengunjungi Palangkaraya, Kalimantan Tengah dan Riau.
Â
Di Taman Nasional Tesso Nilo, Riau, Ford melihat langsung hutan dijarah oleh ratusan orang. Dia sangat kecewa melihat paru-paru dunia digunduli sejumlah pihak tak bertanggung jawab.
Â
Senin (9/9) Harrison Ford mewawancara Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan untuk kepentingan film dokumenter itu. Saat wawancara itulah Ford emosional.
Â
Ford bertanya pada Zulkifli soal pembalakan liar di Taman Nasional Tesso Nilo di Riau. Ford emosi karena pemerintah Indonesia terkesan membiarkan perambahan itu.
Â
“Dia sempat emosional. Tanya kenapa tidak ditangkap. Saya bilang kita tidak bisa main tangkap, kita sedang carikan lahan untuk pengganti para perambah itu,” kata Menhut Zulkifli Hasan saat berbincang dengan merdeka.com, Selasa (10/9).
Â
Zulkifli mengaku tak masalah dengan sikap Ford. Dia siap menerima kritik jika menyangkut masa depan hutan Indonesia.
Â
“Kita sama-sama cinta hutan. Cara pandangnya saja yang berbeda,” kata politikus PAN ini.
Â
Namun Zulkifli membantah Harrison Ford sempat menginjak-injak meja seperti keterangan staf khusus Presiden SBY, Andi Arief. Menurutnya ketegangan kecil terjadi karena salah paham saja.
Â
“Kemarin kan ada wartawan. Biasanya setelah ada tamu kita jumpa pers, kan biasa. Tapi rupanya dia tidak mau. Kan dia di sini hanya untuk bikin film tidak ada wawancara atau menanam pohon,” kata dia.
Â
Selasa (10/9), Ford mewawancarai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Rupanya SBY sudah mendengar soal sikap Ford yang emosional. SBY pun telah memanggil Menhut sebelum Ford datang ke istana untuk mengklarifikasi masalah ini.
Â
Ford pun memberikan surat khusus pada SBY soal insiden Senin lalu itu.
Â
“Sebelum pertemuan tadi beliau sempat sampaikan surat pribadi, intinya meminta presiden berkenan menerima wawancara ini. Mungkin karena pemberitaan di media massa yang menyebutkan bahwa Harrison secara personal kurang pas sikapnya, itu juga merupakan suatu pernyataan untuk meminta presiden wawancara,” kata Jubir SBY Julian Aldrin Pasha.
Â
SBY akhirnya bersedia diwawancarai Ford. Wawancara itu berlangsung 34 menit. Tak ada insiden seperti saat wawancara di Kementerian Kehutanan.
Â
Ford menyinggung soal isu-isu strategis bagaimana kebijakan pemerintah dalam mengelola, menangani dan menyelamatkan lingkungan di Indonesia. Menurut Ford Indonesia memiliki kontribusi yang sangat besar bagi lingkungan global.
Â
“Pertemuan Harrison dengan Presiden berjalan konstruktif dan positif, berjalan baik,” ujar Julian.
Â
(merdeka.com)