BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Tahun 1942 pasca takluknya Belanda oleh penjajahan Jepang, rakyat Indonesia berharap ada perubahan baru ke arah lebih baik. Namun itu tidak terjadi. Jepang lebih kejam menjajah Tanah Air.Â
“Ketika itu, Riau menjadi salah satu wilayah yang masuk dalam dudukan penjajahan Jepang,” kata Sekretaris Umum Dewan Harian Daerah (DPD) Kejuangan 45, Rustam Effendi kepada bertuahpos.com, Rabu (16/8/2017).Â
Misi pertama penjajahan Jepang ketika itu membangun rel kereta api dari Dumai ke Muara Sijunjung. Tapi baru terealisasi dari Kota Pekanbaru ke arah Muara Sijunjung dengan panjang lintasan 220 kilometer. Dari 120 kilometer itu, ada 180 kilometer sudah dibangun dari Pekanbaru ke daerah Lubuk Jambi.Â
Dia mengisahkan tenaga kerja yang dilibatkan dalam pengerjaan proyek itu, sekitar 400 ribu jiwa lebih. 20 ribu jiwa di antaranya mati secara kurus karena tidak diberi makan (kerja paksa atau romusha).Â
“Ada orang dari Jawa, Aceh, Sumatera, semuanya diangkut Jepang untuk melaksanakan penyelesaian proyek rel kereta api itu. Ide Jepang ini bagus. Karena mereka akan menemukan Pelabuhan Teluk Bayur dan Dumai,” tambahnya Rustam.Â
Jika itu berhasil, maka bertemulah jalur Samudera Hindia dengan Selat Malaka, sebagai akses perekonomian. “Tapi tuhan tidak mengizinkan. Karena pada 1945, Hirosima dan Nagasaki diluluhlantahkan,” ujarnya. “Menyerah lah Jepang.”
Pasca itu, menjadi masa yang paling genting bagi penjajahan Jepang. Riau ikut mengambil bagian dari momentum itu, dengan melakukan pengibaran bendera Merah Putih kemudian kembali berperang dengan Tentara Belanda.Â
Sedikitnya ada 30 lebih lokasi yang jadi medan perang di Riau ini. Salah satunya di depan Rumah Dinas Walikota Pekanbaru yang kini menjadi RTH. Perang di lokasi ini karena pengibaran Merah Putih pertama di Pekanbaru. “Apa yang ada sekarang? Cuma batu teonggok saja di situ,” sebut Rustam.Â
Baca:Â HUT RI 72, Inilah ‘Kado’ Untuk Riau dari Kaum Kejuangan 45
Kemudian pejuang menurunkan bendera Belanda di hotel milik Penjajahan Belanda di Jalan A Yani, Pekanbaru (sekarang Pasar Kodim). Hotel itu juga pernah dijadikan sebagai tempat pertemuan pemuda pertama kalinya dalam kongres pemuda setelah namanya diganti menjadi Hotel Merdeka.Â
Selain itu, lokasi lain yang menjadi medan perang di Pekanbaru yakni Bandar Udara Simpang Tiga merekam sebuah insiden peperangan. Dimana pemuda pejuang Riau menembak jatuh pesawat Belanda. “Di Pekanbaru ini saja ada 5 medan perang,” tambahnya.
Perjalanan Riau dalam merebut kemerdekaan RI memang tidak bisa dipandang sebelah mata. Selain itu, tidak sedikit pejuang asal Riau gugur di medan perang. Hal ini seharusnya menjadi penanda bahwa masyarakat Riau patut berbangga.Â
Namun hal itu sepertinya hanya sebatas harapan semata. Sebab di era ini, ada banyak generasi muda di Riau abai dengan peristiwa bersejarah. Termasuk perhatian dari Pemprov Riau sendiri. (bpc3)