BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Pada Februari 2016, Provinsi Riau mengalami deflasi sebesar 0,34 persen. Angka deflasi di Riau ini lebih dalam dibanding secara nasional yang hanya 0,09 persen.
Hal itu disampaikan oleh Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau, Mawardi Arsyad, dalam rilis bulanan berita resmi statistik, di kantor BPS Riau, Jalan Patimura Pakanbaru, Selasa (01/03/2016).
“Deflasi ini terjadi karena memang terjadi penurunan harga. Terutama untuk harga BBM dan harga cabe,” katanya.
Dibanding 3 kota di Riau, Kota Pekanbaru mengalami deflasi terbesar yakni 0,50, sedangkan di Kota Tembilahan terjadi deflasi Sebesar 0,06 persen. Namun untuk di Kota Dumai sendiri jutru mengalami inflasi, atau terjadi kenaikan harga. Perbandingan harga itu, jika dibandingkan bulan Januari 2016 lalu, yakni sebesar 23 persen.
“Secara umum harga bahan pokok di Riau masih terjadi kenaikan. Namun di wilayah perkotaan kenaikan itu masih didominasi oleh Kota Pekanbaru. Yang naik misalnya ikan kembung, anggur dan lain-lain. Sementara penurunan itu untuk wilayah perkanbaru misalnya cabe merah sebesar 22 persen, cabe rawit 15 persen dan bawang merah sebesar 13 persen,” katanya.
Dia menambahkan terjadinya deflasi di Riau pada bulan Februari ini karena masih banyak bahan makanan dan sub sektornya terjadi penurunan, sementara makanan jadinya, justru mengalami kenaikan yang sangat tinggi jika dibanding dengan bahan makanannya.
“Hal ini memang terlihat sangat paradok. Diduga bisa saja adap permainan spekulan,” sambungnya.
Sementara itu, dia menyebutkan bahwa kenaikan dan penurunan harga itu memang terjadi disemua sub sektor bahan makanan. Namun demikian, dari 3 kota di Riau itu dianggap sudah cukup menggambarkan bahwa pada bulan ke dua di tahun 2016 ini, Riau mengalami deflasi. Setelah sebelumnya, pada Januari 2016 lalu Riau mengalami inflasi.
“Pergerakan yang tidak seimbang antara penurunan bahan makanan dan jenis makanan jadi. Biasanya, tidak seperti ini. Jika memang terjadi kenaikan untuk bahan makanan, maka wajar jenis makanan jadi naik. Tapi sekrangkan tidak. Saya rasa, hal seperti ini perlu ditindaklanjutoi oleh para pakar dan pengampu kebijakan untuk mencari apa penyebabnya,” sabungnya.
Penulsi: Melba