BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Tidak sedikit pengusaha dan ekonom mulai pesimis dengan pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau di tahun ini. Asap, rupiah terpuruk, realisasi anggaran pemerintah yang rendah, haraga komuditas unggukan di Riau bahkan sempat jatuh beberapa waktu belakangan. Faktor itu ternyata cukup membuat perekonomian Riau menjerit. Pelaku UMKM mengeluh daya beli masyarakat menurun. Produki terpaksa diturunkan. Pengusaha mulai memikirkan optimalisasi, dengan merumahkan beberapa karyawannya. Proyek pembangunan berjalan lamban. Ancaman pemutusah hubungan kerja mulai mencuat ke permuaan.
Ibarat berada disebuah tikungan tajam, semua roda penggerak perekonomian kini menghentikan injak pendal gas, dan perlahan ngerem. Menurut Fasilitator Markplus Institute Anang Supardi, dalam situasi seperti ini, hanya ada dua kemungkinan bagi perusahaan. Pertama ancaman (threat ) atau peluang (opportunity). “Yakinlah, setelah tikungan pasti ada jalan lurus,†katanya.
Â
Justru dalam momentum krisis seperti ini, seharusnya dijadikan kesempatan bagi perusahaan untuk melakukan inovasi lebih terhadap produk, bagaimana tingkat market sale bisa capai target. Dalam situasi seperti ini, semua pengusaha menginjak pendal rem. Sesungguhnya momentum seperti inilah kesempatan bagi pengusaha untuk menginjak gas agar bisa menikung produk lain. Sehingga saat berada di jalan lurus, tinggal tancap gas. (BACA: Anang Supardi: Ekonomi Riau Ditopang Tingkat Konsumsi)
Â
Sebenarnya, perekonomian Provinsi Riau tidak jauh berbeda dengan prinsip dasar perekonomian Indonesia. Ekonomi di Riau ditopang tingkat konsumsi. Anang juga sependapat dengan hal ini. Menurutnya, jika daya beli masyarakat melemah kemungkinan besar pertumbuhan ekonomi Riau juga akan melambat. Dia menyebutkan hingga saat ini, tingkat konsumsi di Riau memang masih belum kuat.
Sektor lain yang bisa menopang adalah sektor ekspor. Beberapa waktu belakangan memang sektor ekspor komuditi andalan Riau bermasalah. Sehingga menyebabkan pertumbuhan ekonomi Riau pada kwartal I dan II minus sekian persen. “Karena ekspornya bermasalah,” katanya.
Â
Caranya, Pemerintah Provinsi Riau harus belanja. Jika Pemerintah Riau masih lambat membelanjakan anggaran, kemungkinan besar pergerakan ekonomi di Riau masih melambat. Seiring dengan itu dunia usaha di Riau juga diminta selalu melakukan promosi untuk meningkatkan penjualan. Tak ada pilihan lain. Konsumsi harus dinaikan. Agra daya beli masyarakat stabil.
Penguatan rupiah yang terjadi beberapa hari belakangan ini memang menunjukan ada sentiment fositif, bahkan Indonesia mendominasi dibanding negara Asia lainnya. Hal ini disebabkan BUMN mengurangi transaksi dollar, dan sedikit muncul sentimen positif dari turunnya harga BBM solar. “Bicara krisis hanya dua, ancaman dan kesempatan.â€
Pemerintah harusnya sadar, bahwa situasi politik yang tidak menentu, yang terjadi di Indonesia termasuk di Riau akan memberi pengaruh buruk bagi pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Pengusaha dan para investor cenderung menyakini bahwa situasi aman dan kondusif adalah peluang bagi mereka untuk melakukan investasi. Situasi politiklah yang membuat kondisi ekonomi negeri ini kacau balau, Situasi politik saat ini membuat pertumbuhan ekonomi semakin rusak.
Â
Maka jangan salahkan jika investor ramai-ramai menarik uangnya. Meski demikian, mantan Meneger Marketing salah satu stasiun TV nasonal ini, tetap meyakini bahwa perekonomian Indonesia dan Riau akan membaik walaupun lambat. (Baca: Anang: Sebetulnya Kita Bukan Krisis Ekonomi, Tapi Krisis Politik)
Â
Deputi Bank Indonesia Kantor Cabang Riau, Irwan Mulawarman, memprediksi, bahkan paket ekonomi jilid III yang digelontorkan Presiden Joko widodo, belum memberikan sentimen baik bagi pertumbuhan ekonomi Riau pada kwartal ke III ini. “Sebab ekonomi Riau pada kwartal ke III ini masih sangat dipengaruhi oleh bencana kabut asap yang melanda Riau,” katanya.
Irwan menyebutkan, pada periode Juli-Agutus pergerakan ekonomi di Riau masih bisa bertahan, dengan adanya momentum bulan ramadhan dan hari raya idul adha. Namun setelah itu, perekonomian menurun cukup laju karena bencana kabut asap melanda Riau sebulan terakhir.
Efeknya tidak tanggung-tanggung. Banyak sektor yang memberi andil besar dalam pungutan ekonomi, justru ikut tergerus dan menurun. Misalnya, hotel dengan okupansi rendah, produksi usaha menurun, maskapai penerbangan yang lumpuh, transportasi yang macet, kesehatan dan pendidikan yang terganggu. (Baca: Karena Asap, BI: Paket Ekonomi Jilid III Belum Pengaruhi Ekonomi Riau Kwartal III)
Namun demikian, potensi perbaikan pertumbuhan ekonomi Riau dikwartal ke III memungkinkan membaik masih berpotensi. Membaiknya ekonomi Riau ini seiring dengan meguatnya rupiah terhadap dollar yang hingga saat ini bertahan di kisaran Rp 13.000. “Mulai hari ini terlihat rupiah sudah mulai membaik,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, BI wilayah Riau berusaha membangun tingkat kepercayaan dan optimisme dunia usaha di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi global, di lantai 3 Kantor BI Jalan Sudirman, Pekanbaru. (Baca: Temu Responden, BI Yakinkan Ekonomi Riau Berpotensi Membaik). Menguatnya rupiah terhadap dolar semakin didukung oleh keluarnya paket kebijakan ekonomi Jokowi jilid III yang salah satunya memberikan dorongan terhadap pertumbuhan kredit usaha rakyat. (melba)