BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Zye Himsa, bocah berumur 5 tahun ini duduk dibarisan paling depan. Diantara ratusan massa aksi yang turun ke jalan pada, Senin (12/10/2015), Zye terhitung sebagai salah satu masyarakat Riau yang menolak bencana kabut asap di Riau.
Tatapan matanya kosong tanpa ekpresi apa-apa, saat dia duduk diantara ratusan massa aksi. Dia mungkin tidak mengerti tentang apa yang dituntut orang-orang dewasa di sekitarnya. Namun kehadiran bocah itu, adalah salah satu gembaran, bahwa semua masyarakat Riau, tanpa pandang usia menolak asap di Riau.
Dikeningnya meingkar sebuah pita merat bertuliskan #RevolusiLangitBiru. Selian Zye, ada banyak bocah dan balita lain di Riau yang merindukan langit biru. “Kami berharap tahun depan lagit Riau tetap biru,” ujar Korlap II Budi Utami kepada bertuahpos.com
Aksi damai Revolusi Langit Biru melibatkan seluruh elemen masyarakat. Aksi ini menyuarakan tuntutan sosial kepada pemerintah yang tidak peduli dan lalai, sehingga masyarakat Riau dari tahun ke tahun terus menghirup asap.
Kata Budi, mereka sudah mendonasikan ribuan keping masker N95 ke kabupaten kota di Riau terutama wilayah yang betul-betul terkena bencana asap. Aksi damai yang terpusat di tugu PON Riau itu. Ratusan massa aksi itu akan mengenakan baju biru, sebagai bentuk protens mereka terhadap kinerja pemerintah yang belum tuntas mengatasi bencana kabut asap selama 18 tahun di Bumi Lancang Kuning.
Ratusan mahasiswa ini menggelar pertunjukan di antara gedung Puswil dan Kantor Gubernur Riau. Aksi protes terhadap asap dilakukan dengan melampilkan ekpresi mereka lewat lagu, puisi dan teater.
“Kami mengajak kepada para mahasiswa dan mahasiswi yang ada di bumi Riau ini untuk turun ke jalan menyuarakan suara rakyat, yang katanya suara rakyat suara mahasiswa,” ujar salah seorang koordinator aksi, Hanif. (Melba)