BERTUAHPOS.COM (BPC),PEKANBARU- Sejalan dengan program Pemerintah Indonesia dalam mewujudkan kemandirian pangan dan kesejahteraan petani, Asian Agri memperluas kemitraan dengan petani swadaya melalui Komitmen Kemitraan One to One. Dengan berfokus pada peningkatan produktivitas dan pemberdayaan petani, Asian Agri menargetkan pengelolaan kebun sawit petani mencapai 100.000 hektar pada tahun 2018.
Â
Petani kelapa sawit memiliki peran penting dalam mendukung praktik perkebunan yang berkelanjutan. Untuk menjalankan peran tersebut, kebanyakan petani memiliki keterbatasan dalam berbagai hal seperti minimnya pengetahuan akan pengelolaan perkebunan yang ramah lingkungan, termasuk praktik tanpa bakar, pemilihan bibit dan perawatannya, serta pemanfaatan limbah untuk pupuk dan bahan baku energi. Kontribusi petani juga menjadi tantangan tersendiri bagi keberlanjutan industri kelapa sawit nasional.
Omri Samosir, Regional Head Asian Agri wilayah Riau mengungkapkan bahwa menjalin sebuah kemitraan bukan hanya dilakukan untuk menambah luasan areal, tetapi juga untuk dapat meningkatkan kualitas produksi para petani mitra.“Kami menerapkan program kemitraan yang saling membangun, memberi manfaat dan adaptif terhadap kondisi sosial, ekonomi dan budaya para petani setempat. Program ini juga mendorong terwujudnya kemandirian pangan melalui praktik perkebunan yang berkelanjutan melalui pemberdayaan dan pendampingan petani.†jelas kepada bertuahpos.com akhir minggu kemarin.
Berbekal pengalaman kemitraan dengan petani plasma lewat program PIR-Trans sejak tahun 1987, Asian Agri terus mengembangkan kemitraan dengan petani swadaya sejak tahun 2012. Saat ini Asian Agri mengelola kebun inti perusahaan seluas 100.000 hektar dan bermitra dengan petani plasma yang mengelola lahan seluas 60.000 hektar dan petani swadaya yang mengelola 25.000 hektar lahan kelapa sawit, yang tersebar di Provinsi Sumatera Utara, Riau dan Jambi.
Sebagai salah satu provinsi yang menjadi produsen kelapa sawit nasional terbesar di Indonesia, petani kelapa sawit di Riau merupakan cerminan pentingnya peran petani sawit dalam mendukung keberlanjutan industri kelapa sawit nasional. Menurut data Statistik Perkebunan Indonesia 2014-2016 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan, dari total 2.462.095 hektar lahan kelapa sawit, sebesar 1.441.705 hektar dikelola oleh para petani, 931.662 hektar dikelola oleh perusahaan swasta, dan sisanya milik negara.
Potensi besar dapat dilihat dari angka produksi yang dihasilkan. Dari total 1,4 juta hektar lahan kelapa sawit, produksi petani hanya mencapai 3.852.473 MT per tahun. Hal ini sedikit berbeda dengan perusahaan swasta yang dengan 900 ribu hektar mampu menghasilkan 3.591.262 MT per tahun. Selisih tersebut menunjukkan adanya potensi besar yang harusnya dapat dimanfaatkan melalui kemitraan dengan petani dalam mengelola kebun kelapa sawit.
Pengarapen Gurusinga, Head Kemitraan Asian Agri menjelaskan bahwa pembinaan terhadap petani swadaya bertujuan meningkatkan produktivitas kebun sawit mereka. “Sebelumnya, para petani swadaya ini ada yang hanya mengirim Tandan Buah Sawit (TBS) dan belum bermitra. Hubungan yang terjalin sebatas kepentingan jangka pendek, yakni jual-beli TBS.†ungkapnya.
Keberhasilan Petani Plasma
Di awal kemitraan dengan petani plasma, Asian Agri membuat skema pendampingan dari awal pembukaan lahan sampai kepada penjualan buah sawit. Pada tahap pembukaan lahan, perusahaan membantu penyediaan akses benih sawit, membangun kebun serta memfasilitasi para petani dengan pihak perbankan terkait pembiayaan. Setelah tanaman mulai menghasilkan, kebun diserahkan kepada para petani, sedangkan pendampingan petani terus berlanjut.
Dari sisi produktivitas, pendampingan intensif terhadap petani plasma mampu menghasilkan 18 – 22 ton TBS per hektar. Tim R&D Center Asian Agri turut mengembangkan bibit unggul Topaz yang mendukung peningkatan produktivitas kebun sawit petani selama masa produktif 25 – 30 tahun.
Kemitraan dengan petani plasma saat ini mulai memasuki fase kedua, dimana kebun para petani sudah mulai diremajakan/replanting. Dukungan Pemerintah Indonesia terhadap pengelolaan kebun sawit berkelanjutan antara lain diwujudkan melalui penyerahan perdana bantuan peremajaan kebun sawit rakyat kepada 135 petani kelapa sawit mitra Asian Agri yang tergabung dalam KUD Mulus Rahayu, Riau, pada bulan April 2016.
“Komitmen untuk mengikuti program replanting bersama Asian Agri merupakan penegasan rasa percaya para pihak untuk melanjutkan kemitraan jangka panjang tahap kedua, yang berlangsung hingga 20 – 25 tahun mendatang. Kami terus mengedukasi para petani untuk konsisten menerapkan praktik terbaik pengelolaan kelapa sawit, memfasilitasi pembentukan kelompok hingga penyediaan akses pendanaan dan micro financing,†Gurusinga menegaskan.(bpc1)