BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Pemerintah Provinsi Riau diminta untuk tidak berdiam diri, dalam mengatasi masalah anjloknya harga Tandan Buah Segar atau TBS sawit Riau yang sewaktu-waktu bisa jatuh pada harga terendah. Padahal, komuditi ini merupakan andalan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan rumah tangganya.
Menurut Ekonom Riau, Ediabus, salah satu langkah yang bisa dilakukan pemerintah yakni menyegerakan untuk membangun hilirisasi terhadap komuditi itu.
Hal ini diupayakan agar jumlah olahan hasil sawit yang terealisasi ke luar negeri bisa ditekan. Pemanfaatan Crude Palm Oil di lokal akan diyakini lebih memberikan ketahanan terhadap harga komuditi itu.
“Ini harus cepat dipikirkan pemerintah. Saya lihat memang sudah ada mengarah ke hilirisasi. Tapi sampai saat ini memang belum ada terealisasi. Saya pikir untuk hal yang seperti ini harus cepat. Sebab sewaktu-waktu, bisa saja harga sawit anjlok dan membuat ekonomi Riau goyang lagi,” ujarnya, Jumat (12/08/2016).
Dia mengakui sebagian besar pendapatan masyarakat Riau masih sangat bergantung pada sawit. Namun tetap kalah dengan jumlah luasan lahan sawit milik perusahaan.
Langkah untuk menciptakan hilirisasi sawit diyakini akan sangat memberi pengaruh terhadap terhadap daya beli masyarakat, sehingga akan berdampak pula terhadap pertumbuhan ekonomi Riau.
“Kalau harga sawit masyarajat turun, resiko perlambatan ekonomi Riau akan semakin besar. Karena pendapatan masyarakat sangat tinggi di sektor itu. Makanya pemerintah harus mencari alternatif dengan hilirisasi,” tambahnya.
Menurut Edianus, untuk tahun ini dia menyakini bahwa akan ada perbaikan seiring dengan momentum perbaikan ekonomi global yang saat ini sudah mulai kelihatan.
Termasuk gangguan alam, seperti asap dan bencana kebakaran hutan sudah mulai mereda. Sebab bencana asap tahun lalu telah menghilangkan sedikitnya Rp10 triliun uang di Riau.
Meski dalam situasi Riau tengah mengalami inflasi tinggi, dan sawit tidak bisa menjadi sektor unggulan, namun bukan berarti pemerintah tutup mata untuk tidak menyelamatkan harga terhadap komuditi unggulan masyarakat itu.
Penulis: Melba